Rumus kandungan gula : Bks + K - Bk ------------------ x % Bs Keterangan : Bks = kertas saring. K = Kristal. Bk = kosong. Bs = sampel. Tabel Kombinasi perlakuan kompos, unsur kelumit, dan waktu penyemprotan Faktor kompos (f ) Dosis f (kg/polibag) Faktor unsur kelumit (f ) Dosis f (ppm) T T T Waktu penyemprotan unsur kelumit (f 3 ) 3 hari sekali (W ) hari sekali (W ) 3 hari sekali (W ) hari sekali (W ) K K T K T W K T W K T W K T W K. K T K T W K T W K T W K T W K K T K T W K T W K T W K T W K 3. K 3 T K 3 T W K 3 T W K 3 T W K 3 T W Keterangan : K = kompos, T = unsur kelumit, W = waktu penyemprotan. Rancangan Percobaan. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari perlakuan dengan 3 ulangan (Tabel ). Model persamaan matematika yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ij = μ + τ i + ε ij Keterangan : Y ij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. μ τ i = rataan umum. = pengaruh perlakuan ke-i (dosis kompos, dosis unsur kelumit, dan waktu penyemprotan). ε ij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke j. i =,, 3,..., j =,, 3. Pengolahan data menggunakan program analysis of varian (ANOVA) untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Pengujian untuk melihat sejauh mana perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Pengamatan. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah dan kering tajuk, dan bobot kering dan basah akar. Pengamatan dilakukan hari sekali dimulai sejak tanaman berumur satu minggu setelah tanam sampai panen. Pengamatan bobot kering tajuk dan akar dilakukan satu kali pada saat pemanenan, yaitu dengan cara menimbang tajuk dan akar tanaman yang telah dioven pada suhu C. HASIL Dosis Kompos Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi kompos berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah akar dan tajuk, dan bobot kering tajuk (Tabel, Lampiran -7). Pada bobot kering akar tidak berpengaruh nyata (Tabel, Lampiran 7). Tanaman tertinggi dihasilkan pada perlakuan dosis kompos, kg. Tinggi tanaman pada dosis, kg tidak berbeda nyata dengan tanaman pada dosis kg dan, kg, tapi berbeda nyata dengan tanaman pada dosis kompos kg (Tabel ). Pertumbuhan tanaman tertinggi untuk tiap dosis kompos diperoleh pada perlakuan K T W ( kg), K T W (, kg), K T W ( kg), dan K 3 T W (, kg) (Gambar ). Jumlah daun terbanyak dihasilkan pada perlakuan dosis kompos, kg. Jumlah daun pada dosis, kg tidak berbeda nyata dengan tanaman pada dosis kg, sedangkan jumlah daun pada dosis, kg tidak berbeda nyata dengan dosis kg (Tabel ). Pada kurva pertumbuhan jumlah daun terbanyak diperoleh perlakuan K T W ( kg), K T (, kg), K T ( kg), dan K 3 T W (, kg) (Gambar ).
basah tajuk tertinggi dihasilkan pada perlakuan dosis kompos, kg. basah tajuk pada dosis, kg berbeda nyata dengan bobot basah tajuk dosis kg,, kg, dan kg. basah tajuk pada dosis kg tidak berbeda nyata dengan tanaman pada dosis, kg (Tabel ). basah tajuk tertinggi diperoleh perlakuan K T ( kg), K T W (, kg), K T W ( kg), dan K 3 T W (, kg) (Gambar 3). basah akar tertinggi dihasilkan pada perlakuan dosis kompos kg. basah akar pada dosis kompos, kg berbeda nyata dengan dosis kompos lainnya (Tabel ). basah akar tertinggi diperoleh perlakuan K T W ( kg), K T W (, kg), K T W ( kg), dan K 3 T W (, kg) (Gambar ). kering tajuk tertinggi dihasilkan pada perlakuan dosis kompos kg. kering tajuk pada dosis kg tidak berbeda nyata dengan bobot kering pada dosis, kg. kering tajuk pada dosis kg tidak berbeda nyata dengan bobot kering tajuk pada dosis, kg (Tabel ). kering tajuk tertinggi diperoleh perlakuan K T ( kg), K T W (, kg), K T W ( kg), K 3 T W (, kg) (Gambar ). Tabel Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan dosis kompos Dosis Kompos (kg) Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Pertumbuhan Stevia Basah Kering Tajuk Tajuk Basah Kering, 37.a.9a 9.7a.7ab.77a.7a 3.ab.ab.9b.73a.7a.7a, 3.ab.79c.bc.bc.3b.9a 3.3b.9bc 9.39c.393c.77a.7a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf %. 7 3 3 7 9 3 7 3 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW KTW KTW KTW KTW KTW (a) kg. (b), kg. 7 3 3 7 9 3 7 3 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW (c) kg. K3TW K3TW K3TW K3TW K3TW (d), kg. Gambar Kurva pertumbuhan untuk tinggi tanaman pada dosis kompos (a) kg, (b), kg, (c) kg, dan (d), kg.
7 3 3 7 9 3 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW (a) kg. KTW KTW KTW KTW KTW (b), kg. 3 7 9 3 9 7 3 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW (c) kg. K3TW K3TW K3TW K3TW K3TW (d), kg. Gambar Kurva pertumbuhan untuk jumlah daun pada dosis kompos (a) kg, (b), kg, (c) kg, dan (d), kg. KT KTW KTW KTW KTW 3 3 KT KTW KTW KTW KTW (a) kg. (b), kg. KT KTW KTW KTW KTW 3 K3T K3TW K3TW K3TW K3TW (c) kg. (d), kg. Gambar 3 Diagram batang bobot basah tajuk pada dosis kompos (a) kg, (b), kg, (c) kg, dan (d), kg.
,,,,,,,,,,,,, KT KTW KTW KTW KTW KT KTW KTW KTW KTW (a) kg. (b), kg.,,,,,, KT KTW KTW KTW KTW,,,,, -, K3T K3TW K3TW K3TW K3TW (c) kg. (d), kg. Gambar Diagram batang bobot basah akar pada dosis kompos (a) kg, (b), kg, (c) kg, dan (d), kg. kering tajuk - - - KT KTW KTW KTW KTW kering tajuk KT KTW KTW KTW KTW (a) kg. (b), kg. kering tajuk kering tajuk KT KTW KTW KTW KTW K3T K3TW K3TW K3TW K3TW (c) kg. (d), kg. Gambar Diagram batang bobot kering tajuk pada dosis kompos (a) kg, (b), kg, (c) kg, dan (d), kg. Dosis Unsur Kelumit
7 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa dosis unsur kelumit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot basah tajuk (Tabel 3, Lampiran - ). Pada bobot kering tajuk dan akar, serta bobot basah akar, hasil analisis sidik ragam memberikan hasil tidak berpengaruh nyata (Tabel 3, Lampiran -7). Tanaman tertinggi diperoleh pada dosis unsur kelumit ppm. Tinggi tanaman pada dosis unsur kelumit ppm tidak berbeda nyata dengan tanaman pada dosis ppm, tapi berbeda nyata dengan dosis ppm (Tabel 3). Kurva pertumbuhan untuk tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh K T ( ppm), K 3 T W ( ppm), dan K T W ( ppm) (Gambar ). Jumlah daun pada perlakuan dan ppm, tidak berbeda nyata masing-masing sebesar.9 dan.93. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan perlakuan tanpa unsur kelumit (Tabel 3). Jumlah daun terbanyak diperoleh perlakuan K T W ( ppm), K T W ( ppm), dan K T ( ppm) (Gambar 7). basah tajuk tertinggi dihasilkan tanaman dengan dosis ppm. basah tajuk pada dosis ppm tidak berbeda nyata dengan bobot basah tajuk pada dosis ppm tetapi berbeda nyata dengan bobot basah tajuk pada dosis ppm (Tabel 3). Diagram batang bobot basah tajuk tertinggi diperoleh perlakuan K T W ( ppm), K T W ( ppm), dan K T ( ppm) (Gambar ). Tabel 3 Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan dosis unsur kelumit Dosis unsur kelumit (ppm) Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Pertumbuhan Stevia Basah Kering Tajuk Tajuk Basah Kering 3.7ab 9.3a.7b.37a.777a.a 3.b.9ab.39ab.3a.37a.a 3.9a.93b.3a.77a.7a.9a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf %. 3 3 7 9 3 KTW KTW KTW K3TW 7 3 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW KTW K3TW K3TW (a) ppm. (c) ppm. 7 3 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW KTW K3TW K3TW Gambar Kurva pertumbuhan untuk tinggi tanaman dengan menggunakan dosis unsur kelumit (a) ppm, (b) ppm, dan (c) ppm. (b) ppm.
3 7 9 3 KT KT KT K3T KTW KTW KTW K3TW (a) ppm. (a) ppm. 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW KTW K3TW K3TW KTW KTW KTW KTW KTW KTW K3TW K3TW (b) ppm. (b) ppm. 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW KTW K3TW K3TW (c) ppm. Gambar 7 Kurva pertumbuhan untuk jumlah daun dengan menggunakan dosis unsur kelumit (a) ppm, (b) ppm, dan (c) ppm. 3 3 KTW KTW KTW KTW KTW KTW K3TW K3TW (c) ppm Gambar Diagram batang bobot basah tajuk dengan menggunakan dosis unsur kelumit (a) ppm, (b) ppm, dan (c) ppm. Waktu Penyemprotan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan waktu penyemprotan tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot kering akar (Tabel, Lampiran, 3, dan 7). Waktu penyemprotan unsur kelumit berpengaruh nyata pada bobot basah akar dan tajuk, dan bobot kering tajuk (Tabel, Lampiran -). Jumlah daun yang terbentuk pada perlakuan dengan waktu penyemprotan lebih sedikit daripada tanpa penyemprotan unsur kelumit. Jumlah daun pada waktu penyemprotan hari sekali tidak berbeda nyata dengan tanaman pada waktu penyemprotan 3 hari sekali, tetapi berbeda nyata dengan tanaman yang tidak disemprot unsur kelumit (Tabel ). Kurva pertumbuhan jumlah daun terbanyak diperoleh perlakuan K 3 T W (3 hari sekali), K T W ( hari sekali), dan K T (tanpa disemprot) (Gambar 9). basah tajuk tertinggi dihasilkan tanaman pada waktu penyemprotan 3 hari sekali. basah tajuk pada waktu penyemprotan hari sekali tidak berbeda nyata dengan bobot basah tajuk tanpa penyemprotan, tapi berbeda nyata dengan bobot basah tajuk dengan waktu penyemprotan 3 hari sekali (Tabel ). Diagram batang bobot basah tajuk tertinggi diperoleh perlakuan K T W (3 hari sekali), K T W ( hari sekali), dan K T (tanpa disemprot) (Gambar ).
9 basah akar tertinggi diperoleh tanaman pada waktu penyemprotan hari sekali. basah akar pada waktu penyemprotan hari sekali tidak berbeda nyata dengan bobot basah akar pada waktu penyemprotan 3 hari sekali, tapi berbeda nyata dengan bobot basah akar tanpa penyemprotan unsur kelumit (Tabel ). Diagram batang bobot basah akar tertinggi K T (tanpa disemprot), K T W (3 hari sekali), dan K T W ( hari sekali) (Gambar ). kering tajuk tertinggi diperoleh tanaman pada waktu penyemprotan 3 hari sekali. kering tajuk dengan waktu penyemprotan 3 hari sekali berbeda nyata dengan bobot kering tajuk pada waktu penyemprotan hari sekali, tapi tidak berbeda nyata dengan bobot kering tajuk tanpa penyemprotan (Tabel ). Pada waktu penyemprotan 3 hari sekali, hari sekali, dan kontrol bobot kering tajuk tertinggi masing-masing adalah perlakuan K 3 T W, K T W, dan K T (Gambar ). Tabel Pertumbuhan stevia yang ditanam pada media dengan perbedaan waktu penyemprotan unsur kelumit Waktu Penyemprotan (hari) Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Pertumbuhan Stevia Basah Kering Tajuk Tajuk Basah Kering 3.7a 9.3a.7b.37ab.777b.a 3 3.99a.3ab.7a.9a.7ab.7a 33.a 7.9b.9b.b.7333a.79a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf %. 3 7 9 3 KTW KTW KTW K3TW (a) tanpa disemprot. 3 7 9 3 3 7 9 3 KTW KTW KTW KTW KTW KTW K3TW K3TW (c) hari sekali. Gambar 9 Kurva pertumbuhan untuk jumlah daun dengan waktu penyemprotan unsur kelumit (a) tanpa disemprot, (b) 3 hari sekali, dan (c) hari sekali. KTW KTW KTW KTW KTW KTW K3TW K3TW (b) 3 hari sekali.
, KT KT KT K3T,,,,,, -, KTW KTW KTW K3TW KTW KTW KTW K3TW (a) tanpa disemprot. (c) hari sekali. 3 3 KTW KTW KTW K3TW KTW KTW KTW K3TW Gambar Diagram batang bobot basah akar dengan waktu penyemprotan unsur kelumit (a) tanpa disemprot, (b) 3 hari sekali, dan (c) hari sekali. 3 3 (b) 3 hari sekali. KTW KTW KTW K3TW KTW KTW KTW K3TW (c) hari sekali. Gambar Diagram batang bobot basah tajuk dengan waktu penyemprotan unsur kelumit (a) tanpa disemprot, (b) 3 hari sekali, dan (c) hari sekali. kering tajuk kering tajuk KT KT KT K3T (a) tanpa disemprot. KTW KTW KTW K3TW KTW KTW KTW K3TW,,,, KT KT KT K3T -, (a) tanpa disemprot.,,,,,, KTW KTW KTW K3TW KTW KTW KTW K3TW kering tajuk (gram ) (b) 3 hari sekali. KTW KTW KTW K3TW KTW KTW KTW K3TW (c) hari sekali. Gambar Diagram batang bobot kering tajuk dengan waktu penyemprotan unsur kelumit (a) tanpa disemprot, (b) 3 hari sekali, dan (c) hari sekali. (b) 3 hari sekali.
Interaksi antara Kompos, Unsur Kelumit, dan Waktu Penyemprotan Hasil analisis sidik ragam interaksi antara dosis kompos dan waktu penyemprotan memperlihatkan bahwa perlakuan K W mempunyai hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan K 3 W, K W, dan K 3 W. K W tidak berbeda nyata dengan K W, K W, dan K W. K W tidak berbeda nyata dengan perlakuan K W, K W, dan K W. K 3 W berbeda nyata dengan K W, K 3 W, K W, dan K 3 W (Tabel ) (Lampiran ). Untuk analisis sidik ragam interaksi antara dosis kompos dan dosis unsur kelumit, perlakuan K T mempunyai hasil berbeda nyata dengan perlakuan K T, K 3 T, K T, K T, K 3 T, dan K T. K T tidak berbeda nyata dengan K T, K T, K 3 T, dan K T. K T tidak berbeda nyata dengan K T, K 3 T, K T, K 3 T, K T, dan K T. K 3 T berbeda nyata dengan K 3 T dan K T (Tabel ) (Lampiran ). Analisis sidik ragam untuk interaksi dosis kompos, dosis unsur kelumit, dan waktu penyemprotan menunjukkan hasil bahwa perlakuan K T W berbeda nyata dengan perlakuan K 3 T W dan K T W. K T W tidak berbeda nyata dengan K T W, K T W, K T W, dan K T W. K T W tidak berbeda nyata dengan K T W, K T W, K 3 T W, K 3 T W, dan K T W. K T W berbeda nyata dengan K T W, K 3 T W, dan K T W. K T W tidak berbeda nyata dengan K T W, K T W, dan K 3 T W, sedangkan perlakuan K T W tidak berbeda nyata dengan K 3 T W dan K 3 T W (Tabel 7) (Lampiran ). Tabel Hasil uji lanjut interaksi antara kompos dan waktu penyemprotan Interaksi Basah Tajuk K W.7a K W.33a K 3 W.333b K W.37b K W 3.97bc K W.97bcd K W.cde K W 9.7cdef K W 9.def K 3 W 7.3efg K W.9fg K 3 W.9g Tabel Hasil uji lanjut interaksi antara kompos dan unsur kelumit Interaksi Basah Tajuk K T 9.33a K T.37b K T.997bc K T.bcd K T 3.97cbd K 3 T 3.7bcd K T.9cd K 3 T.d K T 9.7d K T 9.7d K 3 T.9e K T.e Tabel 7 Hasil uji lanjut interaksi antara kompos, unsur kelumit, dan waktu penyemprotan Interaksi Basah Tajuk K T W 3.7a K T W.9a K 3 T W.33b K T W 9.393bc K T W.37cd K T W.33cde K T W 3.97def K T W.773def K T W.77def K T W.efg K T W.efg K 3 T W.37efgh K 3 T W.33efgh K T W 9.7efgh K T W 9.fghi K T W.33fghi K T W.3ghij K 3 T W.9hij K 3 T W.ij K T W.7i Kandungan Gula Stevia Hasil analisis kandungan gula stevia menunjukkan yang mempunyai kandungan gula stevia tertinggi adalah tanaman stevia dengan perlakuan K T W, sedangkan kandungan gula stevia terendah dicapai oleh stevia dengan perlakuan K T (Tabel ).
Tabel Hasil analisis kandungan gula S Bs (g) Bk (g) K T W..9 K T W 3.7.79 7 7 K T 9.7.77 9 9 Keterangan : S = Sampel. Bs = sampel. Bk = kosong. Bks = kertas saring. K = Kristal. Kg = Kandungan gula. PEMBAHASAN Bks + K (g).79.9 3.3 7 Kg (%).9.3.3 Pengaruh pemberian pupuk kandang dan unsur kelumit terhadap tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.) dapat dilihat pada tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah akar dan tajuk, dan bobot kering akar dan tajuk. Dari hasil penelitian terlihat bahwa stevia dengan konsentrasi kompos, kg mempunyai pertumbuhan yang paling baik di antara konsentrasi kompos lain ( kg, kg, dan, kg). Hal ini diduga karena konsentrasi kompos, kg telah terdekomposisi sempurna dibandingkan konsentrasi lainnya sehingga semua unsur hara dapat terserap dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Asam-asam yang dilepaskan sebagai akibat dekomposisi bahan organik mempercepat pelapukan mineral yang banyak mengandung basabasa, sehingga terbentuk unsur-unsur hara. Unsur-unsur hara tanaman diserap oleh tanaman dari tanah ke bagian atas tanaman (Hardjowigeno 3). Unsur N, P, dan K yang terdapat pada nitrogen, P O, dan K O tidak mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah cabang, tetapi ketiga unsur tersebut mempengaruhi bobot kering daun stevia (Lee et al. 9). Hasil analisis tanah (Lampiran ) dan kompos (Lampiran 9) bila dibandingkan dengan kriteria sifat tanah (Lampiran ) terlihat bahwa kadar N pada tanah tergolong rendah, sehingga unsur N pada kompos yang mempengaruhi produksi daun stevia. Kandungan P dan K dalam tanah tergolong sedang, maka unsur P dan K dalam kompos meningkatkan produksi daun. Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Unsur fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur (Lingga & Marsono 7). Penyerapan unsur N, P, dan K naik secara signifikan sejalan dengan peningkatan penggunaan pupuk (Chalapathi 997). Goenadi (9) menyatakan penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan tinggi tanaman dan pembentukan daun, sehingga dapat meningkatkan berat kering tanaman. Data pertumbuhan tanaman pada konsentrasi kompos yang berbeda, menunjukkan hasil bahwa stevia pada kontrol (konsentrasi kompos kg) mempunyai pertumbuhan yang lebih rendah daripada konsentrasi kompos yang lain. pupuk kandang pada media tanam tanaman stevia menghasilkan pertumbuhan dan produksi stevia yang lebih baik daripada perlakuan tanpa pupuk kandang (Syukur 99). Unsur kelumit yang digunakan termasuk dalam pupuk daun. Pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya ke tanaman melalui penyemprotan ke daun. Sebelum disemprotkan, umumnya pupuk daun perlu diencerkan dengan konsentrasi tertentu sesuai dosis yang dianjurkan oleh tanaman (Lingga & Marsono 7). Hasil stevia pada konsentrasi unsur kelumit ppm mempunyai pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi daripada konsentrasi unsur kelumit lainnya. Unsur kelumit berperan penting dalam metabolisme tanaman, sehingga unsur kelumit mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Srivastava & Gupta 99). Rendahnya pertambahan jumlah daun pada tanaman yang disemprot dengan unsur kelumit dibandingkan kontrol, pada kontrol kebutuhan akan nutrisi sudah terpenuhi oleh kompos, sehingga tanpa unsur kelumit, pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan dengan stevia yang disemprot unsur kelumit. Selain itu, unsur kelumit yang disemprotkan pada tanaman stevia tidak terserap sempurna, karena terbuang lewat penguapan daun. Penyemprotan pupuk daun saat sinar matahari sedang terik atau suhu tinggi dapat menyebabkan air akan