INVESTIGASI EMPIRIS KEKUATAN UJI KPSS. Oleh MUHAMMAD FAJAR

Μέγεθος: px
Εμφάνιση ξεκινά από τη σελίδα:

Download "INVESTIGASI EMPIRIS KEKUATAN UJI KPSS. Oleh MUHAMMAD FAJAR"

Transcript

1 INVESTIGASI EMPIRIS KEKUATAN UJI KPSS Oleh MUHAMMAD FAJAR 2016

2 ABSTRAK Judul Penelitian : Investigasi Empirik Kekuatan Uji KPSS Kata Kunci : Uji KPSS, Data Generating Process, Persentase Keputusan Salah Tujuan dari penelitian ini untuk menghasilkan nilai kritis pada uji KPSS dan mengetahui kekuatan uji KPSS yang diindikasikan dari persentase keputusan salah yang dihasilkan uji tersebut. Simulasi monte carlo digunakan untuk mendapatkan kuantil distribusi KPSS sehingga diperoleh nilai kritis KPSS pada berbagai level signifikansi alpha dan menyelidiki kekuatan uji KPSS pada proses non stasioner, meliputi random walk murni dan random walk with drift, serta proses stasioner meliputi autoregressive ordo 1 (AR(1)), dan deterministic trend with noise. Hasil yang diperoleh dalam penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Kecenderungan nilainilai kritis KPSS1 dan KPSS2 tersebut konvergen pada suatu nilai tertentu walaupun jumlah observasi berbeda-beda. Sehingga atas dasar tersebut, nilai kritis KPSS1 dan KPSS2 bisa diwakilkan oleh suatu nilai tanpa memperhatikan jumlah observasi yang digunakan, (2) Persentase keputusan salah pada uji KPSS menurun seiring semakin besar jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian (demikian juga, persentase keputusan benar meningkat seiring semakin besar jumlah observasi), (3) Penentuan truncated lag mempengaruhi persentase keputusan salah pada pengujian KPSS. Untuk kasus random walk Murni, random walk with drift, dan deterministic trend with noise, uji KPSS menggunakan truncated lag l4 lebih meminimalisir persentase keputusan salah dibandingkan dengan menggunakan truncated lag l12. Sedangkan pada kasus AR(1), uji KPSS menggunakan truncated lag l12 lebih meminimalisir persentase keputusan salah dibandingkan dengan menggunakan truncated lag l4, dan (4) Kekuatan (power) uji KPSS (yang diindikasikan dengan persentase keputusan salah) sangat bervariatif tergantung jenis proses data yang diujikan. Power uji KPSS sangat kuat untuk proses data deterministic trend with noise dan random walk with drift dengan menggunakan truncated lag l4.

3 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK DAFTAR ISI... ii iii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Masalah... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Uji KPSS Penentuan Truncated Lag (Lag Optimum) Data Generating Process (DGP)... 6 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Simulasi Distribusi Sampling KPSS Algoritma R Untuk Uji KPSS Algoritma R Untuk Investigasi Kekuatan Uji KPSS pada DGP... 9 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Kritis Pada Uji KPSS Hasil Simulasi Kasus Random Walk Murni Kasus Random Walk With Drift... 19

4 Kasus AR(1) Kasus Deterministic Trend With Noise BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 34

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasioneritas merupakan salah satu prasyarat penting dalam analisis time series untuk data runtut waktu (time series). Data stasioner adalah data yang memiliki mean, varians dan autovarians (pada variasi lag) tetap sama pada waktu kapan saja data itu dibentuk atau dipakai, artinya dengan data yang stasioner model time series dapat dikatakan lebih stabil. Apabila data yang digunakan dalam model ada yang tidak stasioner, maka data tersebut mengandung unit root karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner akan menyebabkan spurious regression. Spurious regression adalah regresi yang memiliki R 2 yang tinggi, namun tidak ada hubungan yang berarti dari keduanya. Unit root sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dapat dikatakan sebagai fitur dari proses yang berkembang melalui waktu yang dapat menyebabkan masalah dalam inferensi statistik yang melibatkan model deret waktu. Ada dua macam stasioner pada data deret waktu, yaitu difference stationary dan trend stationary. Difference stationary maksudnya adalah data yang non stasioner dapat ditransformasi dengan differencing agar menjadi stasioner, sedangkan trend stationary maksudnya adalah data yang stasioner disekitar trend deterministiknya, sehingga data yang non stasioner dapat ditransformasi dengan detrended agar menjadi stasioner. Pengujian mengenai stasioneritas data deret waktu pertama kali diperkenalkan David Dickey dan Wayne Fuller tahun 1979, dimana dalam pengujian tersebut (ADF test) hipotesis null pengecekan keberadaan unit root yang berimplikasi bahwa jika unit root terdapat pada data deret waktu maka data tersebut tidak stasioner, dan sebaliknya, jika data tidak mengandung unit root, maka data tersebut stasioner. Pada tahun 1992, Kwiatskoki, et al memperkenal suatu uji dengan hipotesis null data time series difference stasioner atau trend stasioner bukan dari unit root seperti ADF test, sehingga penulis tertarik untuk menyelidiki power dari uji KPSS tesebut (KPSS test) tetapi sebelum itu perlu diperoleh nilai kritis dari distribusi sampling pada statistic uji KPSS. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu: a. Bagaimana nilai kritis pada pengujian KPSS dari variasi jumlah observasi pada berbagai level signifikansi (alpha)? b. Bagaimana pengaruh jumlah observasi terhadap kekuatan uji KPSS (diindikasikan dari persentase keputusan salah uji KPSS)?

6 c. Apakah penentuan truncated lag ala Schwert (1989) mempengaruhi kekuatan uji KPSS (diindikasikan dari persentase keputusan salah uji KPSS)? d. Bagaimana power dari uji KPSS yang diindkasikan oleh persentase keputusan salah dari uji KPSS jika diterapkan pada berbagai data generating process? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah: a. Memperoleh nilai kritis pada pengujian KPSS dari variasi jumlah observasi pada berbagai level signifikansi alpha. b. Mengetahui pengaruh jumlah observasi terhadap kekuatan uji KPSS (diindikasikan dari persentase keputusan salah uji KPSS)? c. Mengetahui pengaruh penentuan truncated lag ala Schwert (1989) mempengaruhi kekuatan uji KPSS (diindikasikan dari persentase keputusan salah uji KPSS) d. Dapat melihat kekuatan dari uji KPSS pada berbagai proses data generating. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menambah kajian dalam pengujian stsioneritas dalam ranah ekonometrika. b. Menambah wawasan peneliti dalam investigasi kekuatan suatu alat uji statistik. 1.5 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan adalah 10 observasi sampai dengan 1000 observasi yang dibangkitkan dari proses random walk murni, random walk with drift, autoregressive ordo 1 (AR(1)), dan deterministic trend with noise. Distribusi White Noise yang dimaksud digunakan dalam model adalah distribusi normal.

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 UJI KPSS Uji ADF dan PP intinya menguji keberadaan unit root pada data deret waktu, yang kemudian berimplikasi ketika data tidak mengandung unit root berarti data telah stasioner. Kwiatkowski, Phillips, Scmidt and Shin (1992) mengajukan sebuah pengujian LM (Lagrange Multiplier) untuk menguji trend data atau stasioneritas pada data level (KPPS). Dalam pengujian dengan hipotesis null adalah y t stasioner pada level (y t ~ I(0)) yang diformulasikan sebagai H 0 : σ u 2 = 0, yang berimplikasi bahwa r t adalah sebuah konstanta melawan hipotesis alternatif H 0 : σ u 2 0. Kwiatkowski et al. memulai dengan model: y t = ξt + r t + ε t (1) r t = r t 1 + u t (2) dimana data deret waktu y t, t = 1,2,, n, r t adalah random walk dan ε t adalah eror diasumsikan stasioner pada level dan u t White Noise (mean = 0, varians = σ u 2 ). Mari kita selidiki random walk r t r t = r t 1 + u t = r t 2 + u t 1 + u t = r t 3 + u t 2 + u t 1 + u t t r t = r 0 + u i i=1 E(r t ) = r 0 Nilai inisial r 0 fixed (dalam algoritma simulasi distribusi KPSS, r 0 =0) dan merupakan intersep. ξt merupakan komponen trend deterministik, jika ξ = 0, maka persamaan (1) menjadi sebuah konstanta sebagai regressor deterministic. u t telah stasioner pada level (I(0)). Dibawah H 0 ε t stasioner dan oleh karena itu, y t juga terjadi trend stationary atau jika ξ = 0, maka y t juga difference stationary. Statistik uji dikonstruksi sebagai berikut: pertama regresikan y t terhadap

8 konstan atau konstan dan trend. Kedua hitunglah jmlah residual ε t dari regresi pada langkah sebelumnya: t S t = ε i, t = 1,2,, n (3) i=1 Lalu statistik LM (Lagrange Multiplier) atau KPSS adalah: T KPSS = n 2 2 S t λ 2 (4) t=1 Dimana λ 2 adalah penaksir konsisten dari long run variance dari ε t yang menggunakan penaksirnya ε t. Para peneliti menyarankan menggunakan Bartlett window w(s, l) = 1 s/(l + 1) sebagai penimbang optimal untuk mengestimasi λ 2,yaitu: n λ 2 = s 2 (l) = n 1 ε t 2 + 2n 1 1 l + 1 t=1 l s=1 s n t=s+1 ε tε t 1 (5) l adalah parameter lag truncation (lag maksimal (optimum)). Kita pertama menganggap terjadi kasus stasioneritas pada level, maka ξ diset harus nol sehingga residual ε t berasal dari regresi y atas hanya intersep saja, ε t = y t y. S t adalah jumlah residual ε t sebagaimana persamaan (3). Dibawah hipotesis null bahwa y t stasioner pada level (I(0)), Kwiatkowski, et al menunjukkan bahwa KPSS menuju konvergensi pada fungsi dari gerak Brownian standar, yaitu: 1 KPSS d V 1 (b) db 0 (6) dimana V 1 (b) = W(b) bw(1) dan W(b) adalah gerak Brownian standar untuk b [0,1]. Jika ξ 0, maka residual ε t berasal dari regresi y atas trend deterministik, maka seperti sebelumnya, 1 KPSS d V 2 (b) db 0 (7) dimana V 2 (b) = W(b) + b(2 3b)W(1) + 6b(b 2 1 1) W(p)dp 0. Nilai kritis dari distribusi asimtotis pada (6) dan (7) ditentukan oleh metode simulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Uji stasioneritas KPSS ini merupakan pengujian satu sisi (right tailed) jadi penolakan hipotesis null pada level α terjadi jika KPSS lebih besar dari (1- α) kuantil dari aproksimasi distribusi asimtotis pada persamaan (6) atau (7). 2.2 Penentuan truncated lag (lag optimum)

9 Penentuan truncated lag l pada pengujian stasioneritas pada data deret waktu sangat krusial sekali. Jika l terlalu pendek maka korelasi serial signifikan terjadi pada eror sehingga akan terjadi bias pada uji. Jika l terlalu panjang maka power dari uji akan melemah. Salah aturan yang disarankan oleh Schwert (1989) dalam penentuan lag optimum (truncated lag) adalah: l 4 = 4 ( n 100 ) 1/4 l 12 = 12 ( n 100 ) 1/4 (8) (9) Ketika dalam simulasi pemeriksaan kekuatan uji, kita gunakan l 4 dan l 12 sehingga dapat diketahui rumusan mana yang mempengaruhi power of KPSS test. 2.3 Data Generating Process (DGP) Data Generating Process adalah suatu cara membangkitkan sejumlah data melalui sebuah model tertentu. Dalam penelitian ini data dibangkitkan melalui proses: a. Random Walk Murni Model untuk membangkitkan data dari proses random walk yang juga merupakan proses non stasioner, adalah sebagai berikut: y t = y t 1 + v t (10) Dimana {v t } mengikuti i.i.d proses dalam hal ini white noise. E(v t ) = 0, E(v t 2 ) = σ 2, dan E(v t v s ) = 0, t s Jika kita lakukan iterative backward y t = y t 1 + v t = y t 2 + v t 1 + v t = y t 3 + v t 2 + v t 1 + v t y t = y 0 + v i t i=1, t = 1,, n (11) b. Random Walk with Drift Model untuk membangkitkan data dari proses random walk with drift yang juga merupakan proses non stasioner, adalah sebagai berikut: y t = b 0 + y t 1 + ε t (12) Dimana {ε t } mengikuti i.i.d proses dalam hal ini white noise. E(ε t ) = 0, E(ε 2 t ) = σ 2, dan E(ε t ε s ) = 0, t s Jika kita lakukan iterative backward y t = b 0 + y t 1 + ε t

10 = 2b 0 + y t 2 + ε t 1 + ε t = 3b 0 + y t 3 + ε t 2 + ε t 1 + ε t y t = y 0 + b 0 t + ε i t i=1, b 0 0, t = 1,, n (13) c. AR(1) Model untuk membangkitkan data dari AR(1) yang juga merupakan proses stasioner, adalah sebagai berikut: y t = ρy t 1 + ω t, ρ < 1 (14) Dimana {ω t } mengikuti i.i.d proses dalam hal ini white noise. E(ω t ) = 0, E(ω 2 t ) = σ 2, dan E(ω t ω s ) = 0, t s d. Deterministic Trend with Noise Model untuk membangkitkan data dari proses Deterministic Trend with Noise yang juga merupakan proses trend-stasioner, adalah sebagai berikut: y t = c + ηt + φ t, η 0, t = 1,, n (15) Dimana {φ t } mengikuti i.i.d proses dalam hal ini white noise. E(φ t ) = 0, E(φ 2 t ) = σ 2, dan E(φ t φ s ) = 0, t s

11 BAB III METODOLOGI 3.1 Simulasi Distribusi Sampling KPSS Untuk mendapatkan nilai kritis dari uji KPSS dari berbagai jumlah observasi, kita akan lakukan replikasi sebanyak kali, Model pada pengujian KPSS, yaitu y t = ξt + r t + ε t r t = r t 1 + u t Asumsikan bahwa ε t dan u t mengikuti N(0,1). Kemudian kita namakan statistic KPSS: 1 KPSS1 d V 1 (b) db ; untuk hipotesis null data stasioner pada level 0 1 KPSS2 d V 2 (b) db ; untuk hipotesis null data trend stasioner pada level 0 Nilai kritis diperoleh dari kuantil distribusi KPSS1 dan KPSS2 yang dibentuk melalui simulasi atas dasar jumlah observasi yang telah ditentukan. Jumlah observasi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, 120, 130, 140, 150, 170, 190, 200, 250, 300, 350, 400, 500, 600, 700, 750, 800, 850, 900, 950, dan Algoritma R untuk mensimulasi distribusi sampling KPSS set.seed(123) wiener2 = function(nobs) { e = rnorm(nobs) # create detrended errors e1 = e - mean(e) Merujuk pada persamaan (1) dengan ξ = 0, dan E(r t ) = r 0 = 0 e2 = residuals(lm(e~seq(1,nobs))) # compute simulated Brownian Bridges y1 = cumsum(e1) y2 = cumsum(e2) intw2.1 = nobs^(-2) * sum(y1^2) Merujuk pada persamaan (4) intw2.2 = nobs^(-2) * sum(y2^2) Merujuk pada persamaan (4) ans = list(intw2.1=intw2.1,intw2.2=intw2.2) ans } # simulate KPSS distributions nobs = 10 Jumlah observasi, misal n = 10 nsim = Jumlah replikasi sebanyak kali KPSS1 = rep(0,nsim)

12 KPSS2 = rep(0,nsim) for (i in 1:nsim) { BN.moments = wiener2(nobs) KPSS1[i] = BN.moments$intW2.1 Menghasilkan barisan KPSS1 sebanyak jumlah replikasi KPSS2[i] = BN.moments$intW2.2 Menghasilkan barisan KPSS2 sebanyak jumlah replikasi } # compute quantiles of distribution # quantile(kpss1, probs=c(0.90,0.925,0.95,0.975,0.99)) ##Notrend quantile(kpss2, probs=c(0.90,0.925,0.95,0.975,0.99)) ##WithTrend 3.2 Algoritma R untuk Uji KPSS H 0 : Data stasioner (atau trend stasioner) H 1 : Data tidak stasioner Statistik uji KPSS = n 2 2 S t λ 2 Keputusan: Tolak H 0, jika KPSS titik kritis pada level signifikansi α Berikut algoritma R untuk pengujian KPSS uji.kpss<-function (y, type = c("notrend", "withtrend"), lags = c("l4", "l12", "nil"), use.lag = NULL) { y <- na.omit(as.vector(y)) n <- length(y) type <- match.arg(type) lags <- match.arg(lags) if (!(is.null(use.lag))) { lmax <- as.integer(use.lag) if (lmax < 0) { warning("\nuse.lag has to be positive and integer; lags='l4' used.") lmax <- trunc(4 * (n/100)^0.25) } } else if (lags == "l4") { lmax <- trunc(4 * (n/100)^0.25) ##Lag Maximum merujuk persamaan(8) } else if (lags == "l12") { lmax <- trunc(12 * (n/100)^0.25) ##Lag Maximum merujuk persamaan(9) } else if (lags == "nil") { lmax <- 0 } if (type == "notrend") { res <- y - mean(y) } else if (type == "withtrend") { trend <- 1:n res <- residuals(lm(y ~ trend)) } S <- cumsum(res) ##Merujuk pada persamaan(3) nominator <- sum(s^2)/n^2 ##Jumlah S kuadrat s2 <- sum(res^2)/n if (lmax == 0) { denominator <- s2 ##Long Run Variance } else { T t=1

13 index <- 1:lmax x.cov <- sapply(index, function(x) t(res[-c(1:x)]) %*% res[-c((n - x + 1):n)]) bartlett <- 1 - index/(lmax + 1) denominator <- s2 + 2/n * t(bartlett) %*% x.cov ##Long Run Variance Residuals pada persamaan(5) } LMstat <- nominator/denominator ##merujuk pada persamaan (4) } 3.3 Algoritma R Untuk Investigasi Kekuatan Power Uji KPSS pada Data Generating Process a. Random Walk Murni Kita gunakan model untuk membangkitkan random walk (proses non stasioner) sebagai berikut: y t = y 0 + v i t i=1, t = 1,, n Kita asumsikan bahwa {v t } mengikuti i.i.d N(0,1) dan y 0 = 0 sehingga: t y t = v i i=1, t = 1,, n (16) Algoritma untuk kasus random walk, sebagai berikut: 1. kita akan bangkitkan series data sebanyak n dari proses non stasioner yaitu random walk (dari distribusi N(0,1)) berdasarkan persamaan(16). 2. Dari poin (1), kita lakukan pengujian KPSS 3. Pada poin(1) dan (2) ulangi sebanyak kali 4. Dari poin (3) berapa persentase H 0 diterima, artinya kita dapat melihat bahwa berapa persen keputusan salah dari uji KPSS (terima H 0 pada padahal kondisi populasi pada H 0 salah). 5. Persentase keputusan benar = 100% - persentase keputusan salah pada poin(4) Algoritma R untuk langkah penyelidikan power dari uji KPSS kasus random walk adalah: set.seed(123) rnorm(n) ##menghasilkan bilangan acak sebanyak n yang berasal dari N(0,1) cumsum(rnorm(n)) ##menghasilkan bilangan sebanyak n yang merupakan jumlah kumulatif dari rnorm(n) n=10 ## misal jumlah observasi n=10 rw1=replicate(100000, cumsum(rnorm(n))) ##merujuk pada poin (3) t.rw1=apply(rw1,2,function(x) uji.kpss(x,"notrend","l4"))##merujuk pada poin (4) #the percentages of wrong decisions in case of non stationary process (in this case, the decision is wrong if you accept the null hypothesis) (sum(t.rw1<a)/100000*100) ##Level alpha 1%; merujuk pada poin (4) (sum(t.rw1<b)/100000*100) ##Level alpha 2.5%; merujuk pada poin (4) (sum(t.rw1<c)/100000*100) ##Level alpha 5%; merujuk pada poin (4) (sum(t.rw1<d)/100000*100) ##Level alpha 10; merujuk pada poin (4)

14 uji.kpss(x,"notrend","l4")) maksudnya uji KPSS menggunakan notrend karena pada random walk tidak mengandung unsur trend deterministic dan menggunakan lag truncation l4 atau bisa juga menggunakan l12. A, B, C, dan D adalah nilai kritis pada uji KPSS (diperoleh dari simulasi distribusi sampling KPSS1) sesuai dengan jumlah observasi data yang diuji dan level signifikansi α yang digunakan. Algoritma di atas dimaksudkan untuk mengetahui persentase keputusan salah pada uji KPSS dengan berbagai jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian. Data yang dibangkitkan berasal dari proses non stasioner yaitu Random Walk murni, artinya sebuah set data dibangkitkan dari proses tersebut kemudian diuji KPSS sehingga diperoleh persentase menerima hipotesis null bahwa data adalah stasioner pada tingkat level (persentase keputusan salah) dengan mereplikasi percobaan tersebut sebanyak kali. b. Random Walk with Drift Model untuk membangkitkan data dari proses random walk with drift yang juga merupakan proses non stasioner, adalah sebagai berikut: y t = b 0 + y t 1 + ε t (12) Dimana {ε t } mengikuti i.i.d N(0,1). E(ε t ) = 0, E(ε 2 t ) = σ 2, dan E(ε t ε s ) = 0, t s Jika kita lakukan iterative backward y t = y 0 + b 0 t + ε i t i=1 y t = b 0 + y t 1 + ε t = 2b 0 + y t 2 + ε t 1 + ε t = 3b 0 + y t 3 + ε t 2 + ε t 1 + ε t, b 0 0, t = 1,, n (13) Dalam simulasi untuk investigasi kekuatan uji KPSS, pada persamaan (13), y 0 = 0, b 0 = 0.5, dan b 0 = 5 Algoritma: 1. kita akan bangkitkan series data sebanyak n dari proses non stasioner yaitu random walk with drift berdasarkan persamaan (13) dengan y 0 = 0, a 0 = 0.5, dan a 0 = Dari poin (1), kita lakukan pengujian KPSS 3. Pada poin (1) dan (2) ulangi sebanyak kali 4. Dari poin (3) berapa persentase H 0 diterima, artinya kita dapat melihat bahwa berapa persen keputusan salah dari uji KPSS (terima H 0 pada padahal kondisi populasi pada H 0 salah). 5. Persentase keputusan benar = 100% - persentase keputusan salah pada poin(4)

15 Algoritma R untuk langkah penyelidikan power dari uji KPSS kasus random walk with drift set.seed(123) ##Random Walk With Drift n=10 ## misal jumlah observasi n=10 e=rnorm(n) trend=1 : n rwd1=replicate(100000, 5*trend+cumsum(e)) ##merujuk poin(3) s.rwd1=apply(rwd1,2,function(x) uji.kpss(x, "withtrend","l4")) ##merujuk poin (4) #the percentages of wrong decisions in case of nonstationary process (in this case, the decision is wrong if you accept the null hypothesis) (sum(s.rwd1<e)/100000*100) ##Level alpha 1%; merujuk pada poin (4) (sum(s.rwd1<f)/100000*100) ##Level alpha 2.5%; merujuk pada poin 4) (sum(s.rwd1<g)/100000*100) ##Level alpha 5%; merujuk pada poin (4) (sum(s.rwd1<h)/100000*100) ##Level alpha 10%; merujuk pada poin (4) uji.kpss(x,"withtrend","l4")) maksudnya uji KPSS menggunakan withtrend karena pada random walk with drift mengandung unsur trend deterministic dan menggunakan lag truncation l4 atau bisa juga menggunakan l12. E, F, G, dan H adalah nilai kritis pada uji KPSS (diperoleh dari simulasi distribusi sampling KPSS2) sesuai dengan jumlah observasi data yang diuji dan level signifikansi α yang digunakan. Algoritma di atas dimaksudkan untuk mengetahui persentase keputusan salah pada uji KPSS dengan berbagai jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian. Data yang dibangkitkan berasal dari proses non stasioner yaitu Random Walk with Drift, artinya sebuah set data dibangkitkan dari proses tersebut kemudian diuji KPSS sehingga diperoleh persentase menerima hipotesis null bahwa data adalah stasioner pada tingkat level (persentase keputusan salah) dengan mereplikasi percobaan tersebut sebanyak kali. c. Autoregressive (1) (AR(1)) Model untuk membangkitkan data dari AR(1) yang juga merupakan proses stasioner, adalah sebagai berikut: y t = ρy t 1 + ω t, ρ < 1 (14) Dimana {ω t } mengikuti i.i.d i.i.d N(0,1). E(ω t ) = 0, E(ω 2 t ) = σ 2, dan E(ω t ω s ) = 0, t s Pada simulasi pengujian power, dalam persamaan (14) kita gunakan ρ = {0.1, 0.3, 0.5, 0.7, 0.9} Algoritma: 1. kita akan bangkitkan series data sebanyak n dari proses stasioner yaitu AR(1) berdasarkan persamaan (14), kita gunakan ρ = {0.1, 0.3, 0.5, 0.7, 0.9}

16 2. Dari poin (1), kita lakukan pengujian KPSS 3. Pada poin(1) dan (2) ulangi sebanyak kali 4. Dari poin (3) berapa persentase H 0 ditolak, artinya kita dapat melihat bahwa berapa persen keputusan salah dari uji KPSS (tolak H 0 pada padahal kondisi populasi pada H 0 benar). 5. Persentase keputusan benar = 100% - persentase keputusan salah pada poin(4) Algoritma R untuk langkah penyelidikan power dari uji KPSS kasus AR(1): set.seed(123) ar1=replicate(100000, arima.sim(n=10,list(ar=0.5),innov=rnorm(10)))## merujuk poin(3) s.ar1=apply(ar1,2,function(x) uji.kpss(x, "notrend","l4"))##merujuk pada poin(4) #the percentages of wrong decisions in case of stationary process (in this case, the decision is wrong if you reject the null hypothesis) (sum(s.ar1h)/100000*100) ##Level alpha 1%; merujuk pada poin(4) (sum(s.ar1i)/100000*100) ##Level alpha 2.5%; merujuk pada poin(4) (sum(s.ar1j)/100000*100) ##Level alpha 5%; merujuk pada poin(4) (sum(s.ar1k)/100000*100) ##Level alpha 10%; merujuk pada poin(4) ar1=replicate(100000, arima.sim(n=10,list(ar=0.5),innov=rnorm(10)));maksudnya membangki tkan data sebanyak 10 observasi dari proses AR(1) uji.kpss(x,"notrend","l4")) maksudnya uji KPSS menggunakan notrend karena pada AR(1) tidak mengandung unsur trend deterministic dan menggunakan lag truncation l4 atau bisa juga menggunakan l12. H,I, J, dan K adalah nilai kritis pada uji KPSS (diperoleh dari simulasi distribusi sampling KPSS1) sesuai dengan jumlah observasi data yang diuji dan level signifikansi α yang digunakan. Algoritma di atas dimaksudkan untuk mengetahui persentase keputusan salah pada uji KPSS dengan berbagai jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian. Data yang dibangkitkan berasal dari proses stasioner yaitu AR(1), artinya sebuah set data dibangkitkan dari proses tersebut kemudian diuji KPSS sehingga diperoleh persentase menolak hipotesis null bahwa data adalah stasioner pada tingkat level (persentase keputusan salah) dengan mereplikasi percobaan tersebut sebanyak kali. d. Deterministic Trend with Noise Model untuk membangkitkan data dari proses deterministic trend with noise yang juga merupakan proses trend stasionary, adalah sebagai berikut: y t = c + ηt + φ t, η 0, t = 1,, n (15) Dimana {φ t } mengikuti i.i.d N(0,1). E(φ t ) = 0, E(φ 2 t ) = σ 2, dan E(φ t φ s ) = 0, t s Dalam simulasi untuk investigasi kekuatan uji KPSS, pada persamaan (15), = 0, η = { 0.5, 5 }

17 Algoritma: 1. kita akan bangkitkan series data sebanyak n dari proses trend stasionary yaitu deterministic trend with noise berdasarkan persamaan (15) c = 0, η = { 0.5, 5 } 2. Dari poin (1), kita lakukan pengujian KPSS 3. Pada poin(1) dan (2) ulangi sebanyak kali 4. Dari poin (3) berapa persentase H 0 ditolak, artinya kita dapat melihat bahwa berapa persen keputusan salah dari uji KPSS (tolak H 0 pada padahal kondisi populasi pada H 0 benar). 5. Persentase keputusan benar = 100% - persentase keputusan salah pada poin(4) Algoritma R untuk langkah penyelidikan power dari uji KPSS kasus deterministic trend with noise adalah: set.seed(123) ##Deterministic Trend With Noise n1=10 ## misal jumlah observasi n=10 e1=rnorm(n1) trend1=1 : n1 rwd1=replicate(100000, 0.5*trend1+(e1)) ## c = 0 dan η = 0.5 dan merujuk poin(3) s.rwd1=apply(rwd1,2,function(x) uji.kpss(x, "withtrend","l4")) ##merujuk pada poin(4) #the percentages of wrong decisions in case of stationary process (in this case, the decision is wrong if you reject the null hypothesis) (sum(s.rwd1m)/100000*100) ##Level alpha 1%; merujuk pada poin(4) (sum(s.rwd1n)/100000*100) ##Level alpha 2.5%; merujuk pada poin(4) (sum(s.rwd1o)/100000*100) ##Level alpha 5%; merujuk pada poin(4) (sum(s.rwd1p)/100000*100) ##Level alpha 10%; merujuk pada poin(4) uji.kpss(x,"withtrend","l4")) maksudnya uji KPSS menggunakan withtrend karena pada random walk with drift mengandung unsur trend deterministic dan menggunakan lag truncation l4 atau bisa juga menggunakan l12. M, N, O, dan P adalah nilai kritis pada uji KPSS (diperoleh dari simulasi distribusi sampling KPSS2) sesuai dengan jumlah observasi data yang diuji dan level signifikansi α yang digunakan. Algoritma di atas dimaksudkan untuk mengetahui persentase keputusan salah pada uji KPSS dengan berbagai jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian. Data yang dibangkitkan berasal dari proses trend-stasioner yaitu deterministic trend with noise, artinya sebuah set data dibangkitkan dari proses tersebut kemudian diuji KPSS sehingga diperoleh persentase menolak hipotesis null bahwa data adalah stasioner pada tingkat level (persentase keputusan salah) dengan mereplikasi percobaan tersebut sebanyak kali. 4.1 Nilai Kritis Pada Uji KPSS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

18 Berdasarkan algoritma R untuk mensimulasi distribusi sampling KPSS sehingga diperoleh nilai kritis berdasarkan kuantil distribusi sampling tersebut, yaitu: Tabel 1. Nilai Kritis KPSS1 Pada Berbagai Jumlah Observasi dan Level Signifikansi KPSS1 d V 1 (b) db n Level Signifikansi 10% 7.50% 5% 2.50% 1% Tabel 2. Nilai Kritis KPSS2 Pada Berbagai Jumlah Observasi dan Level Signifikansi KPSS2 d V 2 (b) db

19 n Level Signifikansi 10% 7.50% 5% 2.50% 1% Kita perhatikan nilai kritis pada tabel 1 dan 2, untuk berbagai jumlah observasi dan level signifikansi (alpha), nampak kecenderungan nilai-nilai kritis tersebut konvergen pada suatu nilai tertentu walaupun jumlah observasi berbeda-beda. Sehingga atas dasar tersebut, nilai kritis KPSS1 dan KPSS2 bisa diwakilkan oleh suatu nilai tanpa memperhatikan jumlah observasi yang digunakan. Jika kita anggap bahwa tabel 1 dan 2 merupakan sebuah distribusi frekuensi dari nilai kritis, maka kita dapat memperoleh rata-rata dari nilai kritis tersebut dengan alasan bahwa kecenderungan

20 nilai-nilai kritis tersebut konvergen pada suatu nilai tertentu walaupun jumlah observasi berbeda-beda sehingga titik konvergen dapat diperkirakan dari rata-rata nilai kritis. Tabel 3. Nilai Kritis KPSS1 Untuk Berbagai Level Signifikansi KPSS1 d 1 V 1 (b) db 0 Level Signifikansi 10% 7.50% 5% 2.50% 1% Tabel 4. Nilai Kritis KPSS2 Untuk Berbagai Level Signifikansi KPSS2 d 1 V 2 (b) db 0 Level Signifikansi 10% 7.50% 5% 2.50% 1% Dalam penelitian ini digunakan tabel 1 dan 2 untuk melihat seberapa persen keputusan salah dari uji KPSS pada berbagai jumlah observasi. Sedangkan tabel 3 dan 4, umumnya digunakan beberapa buku ekonometrika sebagai nilai kritis KPSS. 4.2 Hasil Simulasi Kasus Random Walk Murni Setelah diperoleh nilai kritis KPSS1 dan KPSS2 pada berbagai level signifikansi (alpha) dan Jumlah Observasi, maka nilai kritis tersebut digunakan pada algoritma R untuk melihat persentase keputusan salah dari uji KPSS, sebagai berikut: Algoritma R set.seed(123) n=10 ## misal jumlah observasi n=10 rw1=replicate(100000, cumsum(rnorm(n))) t.rw1=apply(rw1,2,function(x) uji.kpss(x,"notrend","l4")) #the percentages of wrong decisions in case of non stationary process (in this case, the decision is wrong if you accept the null hypothesis) (sum(t.rw1< )/100000*100) ##Level alpha 1% (sum(t.rw1< )/100000*100) ##Level alpha 2.5% (sum(t.rw1< )/100000*100) ##Level alpha 5% (sum(t.rw1< )/100000*100) ##Level alpha , , , dan adalah nilai kritis pada uji KPSS pada tabel 1, (diperoleh dari simulasi distribusi sampling KPSS1) untuk jumlah observasi sebanyak 10 observasi. Berikut persentase keputusan salah pada uji KPSS pada berbagai jumlah observasi dan level signifikansi (lihat tabel 5 dan 6), yaitu:

21 Tabel 5. Persentase Keputusan Salah Dari Uji KPSS dengan l4 pada persamaan (8) kasus Random Walk Murni l4 n Level Signifikansi 10% 5% 2.50% 1% Berdasarkan tabel 5, persentase keputusan salah pada uji KPSS menurun seiring semakin besar jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian (demikian juga, persentase keputusan benar meningkat seiring semakin besar jumlah observasi). Pada level alpha sebesar 10 persen ketika jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian sebesar lebih dari atau sama dengan 120 titik data, maka persentase keputusan salah stabil dibawah 8 persen (persentase keputusan benar stabil diatas 90 persen) dengan menggunakan truncated lag l4. Pada level alpha sebesar 5 persen ketika jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian sebesar lebih dari atau sama dengan 150 titik data, maka persentase keputusan salah stabil dibawah 9 persen dengan menggunakan truncated lag l4. Pada level alpha sebesar 2.5 persen ketika jumlah observasi yang digunakan

22 dalam pengujian sebesar lebih dari atau sama dengan 190 titik data, maka persentase keputusan salah stabil dibawah 10 persen dengan menggunakan truncated lag l4. Pada level alpha sebesar 1 persen ketika jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian sebesar lebih dari atau sama dengan 300 titik data, maka persentase keputusan salah stabil dibawah 10 persen dengan menggunakan truncated lag l4 Tabel 6. Persentase Keputusan Salah Dari Uji KPSS dengan l12 pada persamaan (9) kasus Random Walk Murni l12 n Level Signifikansi 10% 5% 2.50% 1% Berdasarkan tabel 6, persentase keputusan salah pada uji KPSS menurun seiring semakin besar jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian (demikian juga, persentase keputusan benar meningkat seiring semakin besar jumlah observasi). Pada level alpha sebesar 10 persen ketika jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian sebesar lebih dari atau sama dengan 350 titik

23 data, maka persentase keputusan salah stabil dibawah 10 persen dengan menggunakan truncated lag l12. Pada level alpha sebesar 5 persen ketika jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian sebesar lebih dari atau sama dengan 600 titik data, maka persentase keputusan salah stabil dibawah 10 persen dengan menggunakan truncated lag l12. Pada level alpha sebesar 2.5 persen ketika jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian sebesar lebih dari atau sama dengan 750 titik data, maka persentase keputusan salah stabil dibawah 10 persen dengan menggunakan truncated lag l12. Pada level alpha sebesar 1 persen ketika jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian sebesar lebih dari atau sama dengan 600 titik data, maka persentase keputusan salah stabil dibawah 20 persen dengan menggunakan truncated lag l12. Dari kasus random walk murni ternyata penentuan truncated lag mempengaruhi persentase keputusan salah pada pengujian KPSS, jika uji KPSS menggunakan truncated lag l4 lebih meminimalisir persentase keputusan salah dibandingkan dengan menggunakan truncated lag l Kasus Random Walk With Drift Setelah diperoleh nilai kritis KPSS1 dan KPSS2 pada berbagai level signifikansi (alpha) dan Jumlah Observasi, maka nilai kritis tersebut digunakan pada algoritma R untuk melihat persentase keputusan salah dari uji KPSS, sebagai berikut: Algoritma R set.seed(123) ##Random Walk With Drift n=10 ## misal jumlah observasi n=10 e=rnorm(n) trend=1 : n rwd1=replicate(100000, 5*trend+cumsum(e)) s.rwd1=apply(rwd1,2,function(x) uji.kpss(x, "withtrend","l4")) #the percentages of wrong decisions in case of nonstationary process (in this case, the decision is wrong if you accept the null hypothesis) (sum(s.rwd1< )/100000*100) ##Level alpha 1% (sum(s.rwd1< )/100000*100) ##Level alpha 2.5% (sum(s.rwd1< )/100000*100) ##Level alpha 5% (sum(s.rwd1< )/100000*100) ##Level alpha 10% Algoritma di atas dimaksudkan untuk mengetahui persentase keputusan salah pada uji KPSS dengan berbagai jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian. Data yang dibangkitkan berasal dari proses non stasioner yaitu random walk with drift, artinya sebuah set data dibangkitkan dari proses tersebut kemudian diuji KPSS sehingga diperoleh persentase menerima hipotesis null bahwa data adalah stasioner pada tingkat level (persentase keputusan salah) , , , dan adalah nilai kritis pada uji KPSS pada tabel 2, (diperoleh dari simulasi distribusi sampling KPSS2) untuk jumlah observasi sebanyak 10 observasi.

24 Tabel 7. Persentase Keputusan Salah Dari Uji KPSS dengan l4 pada persamaan (8) Kasus Random Walk With Drift level alpha 1% level alpha 2.5% level alpha 5% level alpha 10% n dengan l4 dengan l4 dengan l4 dengan l4 a 0 : a 0 : a 0 : a 0 : Berdasarkan tabel 7, di atas dapat memberikan penjelasan bahwa: Berapapun nilai koefisien pada trend asalkan tidak nol, memberikan persentase keputusan salah pada uji KPSS yang sama. Persentase keputusan salah pada uji KPSS menurun seiring semakin besar jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian (demikian juga, persentase keputusan benar meningkat seiring semakin besar jumlah observasi). Pada level alpha sebesar 1 persen, persentase keputusan salah stabil nol persen pada jumlah observasi lebih dari atau sama dengan 250 titik data.

25 Pada level alpha sebesar 2.5 persen, persentase keputusan salah stabil nol persen pada jumlah observasi lebih dari atau sama dengan 80 titik data dengan menggunakan truncated lag l4. Pada level alpha sebesar 5 persen, persentase keputusan salah stabil nol persen pada jumlah observasi lebih dari atau sama dengan 80 titik data dengan menggunakan truncated lag l4. Pada level alpha sebesar 10 persen, persentase keputusan salah stabil nol persen pada jumlah observasi lebih dari atau sama dengan 50 titik data dengan menggunakan truncated lag l4. Tabel 8. Persentase Keputusan Salah Dari Uji KPSS dengan l12 pada persamaan (9) Kasus Random Walk With Drift level alpha 1% level alpha 2.5% level alpha 5% level alpha 10% n dengan l12 dengan l12 dengan l12 dengan l12 a 0 : a 0 : a 0 : a 0 :

26 Berdasarkan tabel 8, di atas dapat memberikan penjelasan bahwa: Berapapun nilai koefisien trend asalkan tidak nol, memberikan persentase keputusan salah pada uji KPSS yang sama. Persentase keputusan salah pada uji KPSS menurun seiring semakin besar jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian (demikian juga, persentase keputusan benar meningkat seiring semakin besar jumlah observasi). Pada level alpha sebesar 1 persen, persentase keputusan salah stabil nol persen pada jumlah observasi lebih dari atau sama dengan 350 titik data dengan menggunakan truncated lag l12, kecuali pada a 0 = 5 dan jumlah observasi adalah 750 terlihat persentase keputusan salah mencapai 100 persen (karena penetapan set.seed123 dan proses iterasi) Pada level alpha sebesar 2.5 persen, persentase keputusan salah stabil nol persen pada jumlah observasi lebih dari atau sama dengan 350 titik data dengan menggunakan truncated lag l12. Pada level alpha sebesar 5 persen, persentase keputusan salah stabil nol persen pada jumlah observasi lebih dari atau sama dengan 350 titik data dengan menggunakan truncated lag l12. Pada level alpha sebesar 10 persen, persentase keputusan salah stabil nol persen pada jumlah observasi lebih dari atau sama dengan 250 titik data dengan menggunakan truncated lag l12. Dari kasus Random Walk with Drift, ternyata penentuan truncated lag mempengaruhi persentase keputusan salah pada pengujian KPSS, jika uji KPSS menggunakan truncated lag l4 lebih meminimalisir persentase keputusan dibandingkan dengan menggunakan truncated lag l Kasus AR(1) Setelah diperoleh nilai kritis KPSS1 dan KPSS2 pada berbagai level signifikansi (alpha) dan Jumlah Observasi, maka nilai kritis tersebut digunakan pada algoritma R untuk melihat persentase keputusan salah dari uji KPSS, sebagai berikut: Algoritma R set.seed(123) ar1=replicate(100000, arima.sim(n=10,list(ar=0.5),innov=rnorm(10))) s.ar1=apply(ar1,2,function(x) uji.kpss(x, "notrend","l4")) #the percentages of wrong decisions in case of stationary process (in this case, the decision is wrong if you reject the null hypothesis) (sum(s.ar )/100000*100) ##Level alpha 1% (sum(s.ar )/100000*100) ##Level alpha 2.5% (sum(s.ar )/100000*100) ##Level alpha 5% (sum(s.ar )/100000*100) ##Level alpha 10%

27 , , , dan adalah nilai kritis pada uji KPSS pada tabel 1, (diperoleh dari simulasi distribusi sampling KPSS1) untuk jumlah observasi sebanyak 10 observasi. Berikut tabel persentase keputusan salah pada uji KPSS dari hasil simulasi, yaitu: Tabel 9. Persentase Keputusan Salah Dari Uji KPSS dengan l4 pada persamaan (8) Kasus AR(1) dengan berbagai nilai koefisien otoregresif level alpha 1% level alpha 2.5% n dengan l4 dengan l4 ρ: ρ: Lanjutan Tabel 9.

28 level alpha 5% level alpha 10% n dengan l4 dengan l4 ρ: ρ: Berdasarkan tabel 9 di atas, memberikan penjelasan bahwa: Persentase keputusan salah pada uji KPSS menurun seiring semakin besar jumlah observasi yang digunakan dalam pengujian (demikian juga, persentase keputusan benar meningkat seiring semakin besar jumlah observasi). Nilai koefisien autoregresif yang semakin mendekati nilai 1 (atau minus 1) dan meningkatnya level signifikansi (alpha) membuat persentase keputusan salah meningkat pada berbagai jumlah observasi dengan menggunakan truncated lag l4. Pada koefisien autoregressive sama dengan 0.1 pada AR(1), range persentase keputusan salah persen pada berbagai level signifikansi dengan mengabaikan jumlah observasi.

LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR TNR 1 space 1.15 LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL III TNR 1 Space.0 STATISTIK

Διαβάστε περισσότερα

Konvergen dalam Peluang dan Distribusi

Konvergen dalam Peluang dan Distribusi limiting distribution Andi Kresna Jaya andikresna@yahoo.com Jurusan Matematika July 5, 2014 Outline 1 Review 2 Motivasi 3 Konvergen dalam peluang 4 Konvergen dalam distribusi Back Outline 1 Review 2 Motivasi

Διαβάστε περισσότερα

artinya vektor nilai rata-rata dari kelompok ternak pertama sama dengan kelompok ternak kedua artinya kedua vektor nilai-rata berbeda

artinya vektor nilai rata-rata dari kelompok ternak pertama sama dengan kelompok ternak kedua artinya kedua vektor nilai-rata berbeda LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Perhitungan Manual Statistik T 2 -Hotelling pada Garut Jantan dan Ekor Tipis Jantan Hipotesis: H 0 : U 1 = U 2 H 1 : U 1 U 2 Rumus T 2 -Hotelling: artinya vektor nilai rata-rata

Διαβάστε περισσότερα

TEORI PELUANG* TKS 6112 Keandalan Struktur. Pendahuluan

TEORI PELUANG* TKS 6112 Keandalan Struktur. Pendahuluan TKS 6112 Keandalan Struktur TEORI PELUANG* * www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Pendahuluan Sebuah bangunan dirancang melalui serangkaian perhitungan yang cermat terhadap beban-beban rencana dan bangunan tersebut

Διαβάστε περισσότερα

Sebaran Peluang Gabungan

Sebaran Peluang Gabungan Sebaran Peluang Gabungan Peubah acak dan sebaran peluangnya terbatas pada ruang sampel berdimensi satu. Dengan kata lain, hasil percobaan berasal dari peubah acak yan tunggal. Tetapi, pada banyak keadaan,

Διαβάστε περισσότερα

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Limit dan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Operasi Aljabar pada Pembahasan pada limit untuk fungsi dua peubah adalah memberikan pengertian mengenai lim f (x, y) = L (x,y) (a,b) Masalahnya adalah

Διαβάστε περισσότερα

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 6: Rantai Markov Waktu Kontinu Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Rantai Markov Waktu Kontinu Peluang Kesetimbangan Pada bab ini, kita akan belajar mengenai rantai markov waktu kontinu yang

Διαβάστε περισσότερα

PERSAMAAN KUADRAT. 06. EBT-SMP Hasil dari

PERSAMAAN KUADRAT. 06. EBT-SMP Hasil dari PERSAMAAN KUADRAT 0. EBT-SMP-00-8 Pada pola bilangan segi tiga Pascal, jumlah bilangan pada garis ke- a. 8 b. 6 c. d. 6 0. EBT-SMP-0-6 (a + b) = a + pa b + qa b + ra b + sab + b Nilai p q = 0 6 70 0. MA-77-

Διαβάστε περισσότερα

KONSEP ASAS & PENGUJIAN HIPOTESIS

KONSEP ASAS & PENGUJIAN HIPOTESIS KONSEP ASAS & PENGUJIAN HIPOTESIS HIPOTESIS Hipotesis = Tekaan atau jangkaan terhadap penyelesaian atau jawapan kepada masalah kajian Contoh: Mengapakah suhu bilik kuliah panas? Tekaan atau Hipotesis???

Διαβάστε περισσότερα

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 6: Rantai Markov Waktu Kontinu Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Rantai Markov Waktu Kontinu Peluang Kesetimbangan Pada bab ini, kita akan belajar mengenai rantai markov waktu kontinu yang

Διαβάστε περισσότερα

ANALISIS KORELASI DEBIT BANJIR RENCANA UNTUK BERBAGAI KONDISI KETERSEDIAAN DATA DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA ABSTRAK

ANALISIS KORELASI DEBIT BANJIR RENCANA UNTUK BERBAGAI KONDISI KETERSEDIAAN DATA DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA ABSTRAK ANALISIS KORELASI DEBIT BANJIR RENCANA UNTUK BERBAGAI KONDISI KETERSEDIAAN DATA DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Agung M Alamsyah NRP : 9521037 NIRM : 41077011950298 Pembimbing : Dr. Ir. Agung Bagiawan

Διαβάστε περισσότερα

Sebaran Kontinu HAZMIRA YOZZA IZZATI RAHMI HG JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNAND LOGO

Sebaran Kontinu HAZMIRA YOZZA IZZATI RAHMI HG JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNAND LOGO Sebaran Kontinu HAZMIRA YOZZA IZZATI RAHMI HG JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNAND Kompetensi menguraikan ciri-ciri suatu kurva normal menentukan luas daerah dibawah kurva normal menerapkan sebaran normal dalam

Διαβάστε περισσότερα

Persamaan Diferensial Parsial

Persamaan Diferensial Parsial Persamaan Diferensial Parsial Turunan Parsial f (, ) Jika berubah ubah sedangkan tetap, adalah fungsi dari dan turunanna terhadap adalah f (, ) f (, ) f (, ) lim 0 disebut turunan parsialpertama dari f

Διαβάστε περισσότερα

Kalkulus Multivariabel I

Kalkulus Multivariabel I Fungsi Dua Peubah atau Lebih dan Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 2015 dengan Dua Peubah Real dengan Dua Peubah Real Pada fungsi satu peubah f : D R R D adalah daerah asal (domain) suatu fungsi

Διαβάστε περισσότερα

Kalkulus 1. Sistem Bilangan Real. Atina Ahdika, S.Si, M.Si. Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia

Kalkulus 1. Sistem Bilangan Real. Atina Ahdika, S.Si, M.Si. Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Kalkulus 1 Sistem Bilangan Real Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Sistem Bilangan Real Himpunan: sekumpulan obyek/unsur dengan kriteria/syarat tertentu. 1 Himpunan mahasiswa

Διαβάστε περισσότερα

Pumping Lemma. Semester Ganjil 2013 Jum at, Dosen pengasuh: Kurnia Saputra ST, M.Sc

Pumping Lemma. Semester Ganjil 2013 Jum at, Dosen pengasuh: Kurnia Saputra ST, M.Sc Semester Ganjil 2013 Jum at, 08.11.2013 Dosen pengasuh: Kurnia Saputra ST, M.Sc Email: kurnia.saputra@gmail.com Jurusan Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala

Διαβάστε περισσότερα

Sistem Koordinat dan Fungsi. Matematika Dasar. untuk Fakultas Pertanian. Uha Isnaini. Uhaisnaini.com. Matematika Dasar

Sistem Koordinat dan Fungsi. Matematika Dasar. untuk Fakultas Pertanian. Uha Isnaini. Uhaisnaini.com. Matematika Dasar untuk Fakultas Pertanian Uhaisnaini.com Contents 1 Sistem Koordinat dan Fungsi Sistem Koordinat dan Fungsi Sistem koordinat adalah suatu cara/metode untuk menentukan letak suatu titik. Ada beberapa macam

Διαβάστε περισσότερα

A. Distribusi Gabungan

A. Distribusi Gabungan HANDOUT PERKULIAHAN Mata Kuliah Pokok Bahasan : Statistika Matematika : Distibusi Dua peubah Acak URAIAN POKOK PERKULIAHAN A. Distribusi Gabungan Definisi 1: Peubah Acak Berdimensi Dua Jika S merupakan

Διαβάστε περισσότερα

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR iv HALAMAN PERSEMBAHAN v KATA PENGANTAR vi UCAPAN TERIMA KASIH vii INTISARI ix ABSTRACT x DAFTAR ISI xi DAFTAR

Διαβάστε περισσότερα

Matematika

Matematika Sistem Bilangan Real D3 Analis Kimia FMIPA Universitas Islam Indonesia Sistem Bilangan Real Himpunan: sekumpulan obyek/unsur dengan kriteria/syarat tertentu. 1 Himpunan mahasiswa D3 Analis Kimia angkatan

Διαβάστε περισσότερα

Model Mangsa Pemangsa dengan Pengaruh Musim

Model Mangsa Pemangsa dengan Pengaruh Musim Model Mangsa Pemangsa dengan Pengaruh Musim Yudi Arpa #1, Muhammad Subhan #, Riry Sriningsih # #Jurusan Matematika, Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang, 25131, Telp. (0751) 444648,

Διαβάστε περισσότερα

PENGEMBANGAN INSTRUMEN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGEMBANGAN INSTRUMEN OLEH : IRFAN (A1CI 08 007) PEND. MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012 A. Definisi Konseptual Keterampilan sosial merupakan kemampuan

Διαβάστε περισσότερα

TINJAUAN PUSTAKA. Sekumpulan bilangan (rasional dan tak-rasional) yang dapat mengukur. bilangan riil (Purcell dan Varberg, 1987).

TINJAUAN PUSTAKA. Sekumpulan bilangan (rasional dan tak-rasional) yang dapat mengukur. bilangan riil (Purcell dan Varberg, 1987). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Bilangan Riil Definisi Bilangan Riil Sekumpulan bilangan (rasional dan tak-rasional) yang dapat mengukur panjang, bersama-sama dengan negatifnya dan nol dinamakan bilangan

Διαβάστε περισσότερα

Transformasi Koordinat 2 Dimensi

Transformasi Koordinat 2 Dimensi Transformasi Koordinat 2 Dimensi RG141227 - Sistem Koordinat dan Transformasi Semester Gasal 2016/2017 Ira M Anjasmara PhD Jurusan Teknik Geomatika Sistem Koordinat 2 Dimensi Digunakan untuk mempresentasikan

Διαβάστε περισσότερα

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibrida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 II. SEBARAN PELUANG Ruang Contoh (S) adalah Himpunan semua kemungkinan

Διαβάστε περισσότερα

TH3813 Realiti Maya. Transformasi kompaun. Transformasi kompaun. Transformasi kompaun. Transformasi kompaun

TH3813 Realiti Maya. Transformasi kompaun. Transformasi kompaun. Transformasi kompaun. Transformasi kompaun TH383 Realiti Maa Transformasi 3D menggunakan multiplikasi matriks untuk hasilkan kompaun transformasi menggunakan kompaun transformasi - hasilkan sebarang transformasi dan ungkapkan sebagai satu transformasi

Διαβάστε περισσότερα

Kalkulus 1. Sistem Koordinat. Atina Ahdika, S.Si, M.Si. Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia. Sistem Koordinat

Kalkulus 1. Sistem Koordinat. Atina Ahdika, S.Si, M.Si. Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia. Sistem Koordinat Kalkulus 1 Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Sistem koordinat adalah suatu cara/metode untuk menentukan letak suatu titik. Ada beberapa macam sistem koordinat, yaitu:

Διαβάστε περισσότερα

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah dan Ruang Lingkup...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah dan Ruang Lingkup... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR NOTASI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I

Διαβάστε περισσότερα

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 3: Diskrit Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Ilustrasi 1 Perilaku bunuh diri kini kian menjadi-jadi. Hesti (nama sebenarnya) adalah sebuah contoh. Dia pernah melakukan percobaan bunuh diri,

Διαβάστε περισσότερα

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010 SEBARAN PELUANG II. SEBARAN PELUANG Ruang Contoh (S) adalah Himpunan semua kemungkinan hasil suatu percobaan.

Διαβάστε περισσότερα

PERENCANAAN JALAN ALTERNATIF & PERKERASAN LENTUR TANJUNG SERDANG KOTABARU,KALIMANTAN SELATAN KM KM 7+000

PERENCANAAN JALAN ALTERNATIF & PERKERASAN LENTUR TANJUNG SERDANG KOTABARU,KALIMANTAN SELATAN KM KM 7+000 PERENCANAAN JALAN ALTERNATIF & PERKERASAN LENTUR TANJUNG SERDANG KOTABARU,KALIMANTAN SELATAN KM 4+000 KM 7+000 LATAR BELAKANG TUJUAN DAN BATASAN MASALAH METODOLOGI PERENCANAAN HASIL Semakin meningkatnya

Διαβάστε περισσότερα

Bilangan Euler(e) Rukmono Budi Utomo Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat. March 5, 2016

Bilangan Euler(e) Rukmono Budi Utomo Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat. March 5, 2016 Bilangan Euler(e) Rukmono Budi Utomo 30115301 Pengampu: Prof. Taufiq Hidayat March 5, 2016 Asal Usul Bilangan Euler e 1 1. Bilangan Euler 2 3 4 Asal Usul Bilangan Euler e Bilangan Euler atau e = 2, 7182818284...

Διαβάστε περισσότερα

DAFTAR ISI. Halaman. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN...... ii LEMBAR PERSETUJUAN...... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...

Διαβάστε περισσότερα

Hendra Gunawan. 16 April 2014

Hendra Gunawan. 16 April 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II, 013/014 16 April 014 Kuliah yang Lalu 13.11 Integral Lipat Dua atas Persegi Panjang 13. Integral Berulang 13.3 33Integral Lipat Dua atas Daerah Bukan Persegi

Διαβάστε περισσότερα

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SEBARAN PELUANG II. SEBARAN PELUANG Ruang Contoh (S) adalah Himpunan semua kemungkinan hasil suatu percobaan.

Διαβάστε περισσότερα

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii DEDIKASI iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvii

Διαβάστε περισσότερα

SEE 3533 PRINSIP PERHUBUNGAN Bab III Pemodulatan Sudut. Universiti Teknologi Malaysia

SEE 3533 PRINSIP PERHUBUNGAN Bab III Pemodulatan Sudut. Universiti Teknologi Malaysia SEE 3533 PRINSIP PERHUBUNGAN Bab III Universiti Teknologi Malaysia 1 Pengenalan Selain daripada teknik pemodulatan amplitud, terdapat juga teknik lain yang menggunakan isyarat memodulat untuk mengubah

Διαβάστε περισσότερα

2 m. Air. 5 m. Rajah S1

2 m. Air. 5 m. Rajah S1 FAKULI KEJURUERAAN AL 1. Jika pintu A adalah segi empat tepat dan berukuran 2 m lebar (normal terhadap kertas), tentukan nilai daya hidrostatik yang bertindak pada pusat tekanan jika pintu ini tenggelam

Διαβάστε περισσότερα

STRUKTUR BAJA 2 TKS 1514 / 3 SKS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JEMBER

STRUKTUR BAJA 2 TKS 1514 / 3 SKS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JEMBER STRUKTUR BAJA 2 TKS 1514 / 3 SKS PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JEMBER Winda Tri Wahyuningtyas Gati Annisa Hayu Plate Girder Plate girder adalah balok besar yang dibuat dari susunan yang disatukan

Διαβάστε περισσότερα

B. Landasan Teori...25 C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN.. 26 A. Bahan dan Alat 26 B. Alur Penelitian.26 C. Analisis Hasil.. 29 BAB IV.

B. Landasan Teori...25 C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN.. 26 A. Bahan dan Alat 26 B. Alur Penelitian.26 C. Analisis Hasil.. 29 BAB IV. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING..ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.. iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN..v MOTTO.. vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR..xi

Διαβάστε περισσότερα

BAB 3 PERENCANAAN TANGGA

BAB 3 PERENCANAAN TANGGA BAB 3 PERENCANAAN TANGGA 3.1. Uraian Umum Semakin sedikit tersedianya luas lahan yang digunakan untuk membangun suatu bangunan menjadikan perencana lebih inovatif dalam perencanaan, maka pembangunan tidak

Διαβάστε περισσότερα

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Persembahan Abstrak Abstact Kata Pengantar

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Persembahan Abstrak Abstact Kata Pengantar DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Persembahan iv Abstrak v Abstact vi Kata Pengantar vii Daftar Isi viii Daftar Tabel xi Daftar Gambar xii Daftar Lampiran xiii Notasi dan Singkatan

Διαβάστε περισσότερα

Bab 1 Mekanik Struktur

Bab 1 Mekanik Struktur Bab 1 Mekanik Struktur P E N S Y A R A H : D R. Y E E M E I H E O N G M O H D. N O R H A F I D Z B I N M O H D. J I M A S ( D B 1 4 0 0 1 1 ) R E X Y N I R O AK P E T E R ( D B 1 4 0 2 5 9 ) J O H A N

Διαβάστε περισσότερα

MA4181 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Bab 2 Peluang dan Eks

MA4181 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Bab 2 Peluang dan Eks MA4181 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Bab 2 Peluang dan SMART AND STOCHASTIC MA4181 PENGANTAR PROSES STOKASTIK Bab 2 Peluang dan SMART AND STOCHASTIC Ilustrasi Fungsi Peluang Bersama Peluang Bersama - Diskrit

Διαβάστε περισσότερα

BAB 4 PERENCANAAN TANGGA

BAB 4 PERENCANAAN TANGGA BAB 4 PERENCANAAN TANGGA 4. Uraian Umum Tangga merupakan bagian dari struktur bangunan bertingkat yang penting sebagai penunjang antara struktur bangunan lantai dasar dengan struktur bangunan tingkat atasnya.

Διαβάστε περισσότερα

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Lingkup Kajian... 3 1.3.

Διαβάστε περισσότερα

Ukur Kejuruteraan DDPQ 1162 Ukur Tekimetri. Sakdiah Basiron

Ukur Kejuruteraan DDPQ 1162 Ukur Tekimetri. Sakdiah Basiron Ukur Kejuruteraan DDPQ 1162 Ukur Tekimetri Sakdiah Basiron TEKIMETRI PENGENALAN TAKIMETRI ADALAH SATU KAEDAH PENGUKURAN JARAK SECARA TIDAK LANGSUNG BAGI MENGHASILKAN JARAK UFUK DAN JARAK TEGAK KEGUNAAN

Διαβάστε περισσότερα

Ciri-ciri Taburan Normal

Ciri-ciri Taburan Normal 1 Taburan Normal Ciri-ciri Taburan Normal Ia adalah taburan selanjar Ia adalah taburan simetri Ia adalah asimtot kepada paksi Ia adalah uni-modal Ia adalah keluarga kepada keluk Keluasan di bawah keluk

Διαβάστε περισσότερα

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 3: Diskrit Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Ilustrasi 1 Matriks Peluang Transisi Matriks Stokastik Chapman-Komogorov Equations Peluang Transisi Tak Bersyarat Perilaku bunuh diri kini kian

Διαβάστε περισσότερα

Peta Konsep. 5.1 Sudut Positif dan Sudut Negatif Fungsi Trigonometri Bagi Sebarang Sudut FUNGSI TRIGONOMETRI

Peta Konsep. 5.1 Sudut Positif dan Sudut Negatif Fungsi Trigonometri Bagi Sebarang Sudut FUNGSI TRIGONOMETRI Bab 5 FUNGSI TRIGONOMETRI Peta Konsep 5.1 Sudut Positif dan Sudut Negatif 5. 6 Fungsi Trigonometri Bagi Sebarang Sudut FUNGSI TRIGONOMETRI 5. Graf Fungsi Sinus, Kosinus dan Tangen 5.4 Identiti Asas 5.5

Διαβάστε περισσότερα

DETERMINATION OF CFRP PLATE SHEAR MODULUS BY ARCAN TEST METHOD SHUKUR HJ. ABU HASSAN

DETERMINATION OF CFRP PLATE SHEAR MODULUS BY ARCAN TEST METHOD SHUKUR HJ. ABU HASSAN DETERMINATION OF CFRP PLATE SHEAR MODULUS BY ARCAN TEST METHOD SHUKUR HJ. ABU HASSAN OBJEKTIF KAJIAN Mendapatkan dan membandingkan nilai tegasan ricih, τ, dan modulus ricih, G, bagi plat CFRP yang berorientasi

Διαβάστε περισσότερα

Kalkulus Elementer. Nanda Arista Rizki, M.Si. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman 2018

Kalkulus Elementer. Nanda Arista Rizki, M.Si. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman 2018 Kalkulus Elementer Nanda Arista Rizki, M.Si. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman 2018 Nanda Arista Rizki, M.Si. Kalkulus Elementer 1/83 Referensi: 1 Dale Varberg, Edwin

Διαβάστε περισσότερα

KALKULUS LANJUT. Integral Lipat. Resmawan. 7 November Universitas Negeri Gorontalo. Resmawan (Math UNG) Integral Lipat 7 November / 57

KALKULUS LANJUT. Integral Lipat. Resmawan. 7 November Universitas Negeri Gorontalo. Resmawan (Math UNG) Integral Lipat 7 November / 57 KALKULUS LANJUT Integral Lipat Resmawan Universitas Negeri Gorontalo 7 November 218 Resmawan (Math UNG) Integral Lipat 7 November 218 1 / 57 13.3. Integral Lipat Dua pada Daerah Bukan Persegipanjang 3.5

Διαβάστε περισσότερα

KANDUNGAN BAB PERKARA HALAMAN PENGESAHAN STATUS TESIS PENGESAHAN PENYELIA HALAMAN JUDUL PENGAKUAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT

KANDUNGAN BAB PERKARA HALAMAN PENGESAHAN STATUS TESIS PENGESAHAN PENYELIA HALAMAN JUDUL PENGAKUAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT vii KANDUNGAN BAB PERKARA HALAMAN PENGESAHAN STATUS TESIS PENGESAHAN PENYELIA HALAMAN JUDUL i PENGAKUAN ii DEDIKASI iii PENGHARGAAN iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KANDUNGAN vii SENARAI JADUAL xiv SENARAI RAJAH

Διαβάστε περισσότερα

Perubahan dalam kuantiti diminta bagi barang itu bergerak disepanjang keluk permintaan itu.

Perubahan dalam kuantiti diminta bagi barang itu bergerak disepanjang keluk permintaan itu. BAB 3 : ISI RUMAH SEBAGAI PENGGUNA SPM2004/A/S3 (a) Rajah tersebut menunjukkan keluk permintaan yang mencerun ke bawah dari kiri ke kanan. Ia menunjukkan hubungan negatif antara harga dengan kuantiti diminta.

Διαβάστε περισσότερα

BAB 4 PERENCANAAN TANGGA

BAB 4 PERENCANAAN TANGGA BAB 4 PERENCANAAN TANGGA 4.1. Uraian Umum Tangga merupakan bagian dari struktur bangunan bertingkat yang penting sebagai penunjang antara struktur bangunan lantai dasar dengan struktur bangunan tingkat

Διαβάστε περισσότερα

Nama Mahasiswa: Retno Palupi Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka, DEA Ir. Heppy Kristijanto, MS

Nama Mahasiswa: Retno Palupi Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka, DEA Ir. Heppy Kristijanto, MS Nama Mahasiswa: Retno Palupi 3110100130 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka, DEA Ir. Heppy Kristijanto, MS Pendahuluan Metodologi Preliminary Desain Perencanaan Struktur Sekunder Perencanaan

Διαβάστε περισσότερα

LAPORAN KAJIAN: JUMLAH PENGAMBILAN AIR DALAM KEHIDUPAN SEHARIAN MENGIKUT JANTINA KOD KURSUS: STQS 1124 NAMA KURSUS: STATISTIK II

LAPORAN KAJIAN: JUMLAH PENGAMBILAN AIR DALAM KEHIDUPAN SEHARIAN MENGIKUT JANTINA KOD KURSUS: STQS 1124 NAMA KURSUS: STATISTIK II LAPORAN KAJIAN: JUMLAH PENGAMBILAN AIR DALAM KEHIDUPAN SEHARIAN MENGIKUT JANTINA KOD KURSUS: STQS 114 NAMA KURSUS: STATISTIK II DISEDIAKAN OLEH: (KUMPULAN 3D) 1. SORAYYA ALJAHSYI BINTI SALLEH A154391.

Διαβάστε περισσότερα

EEU104 - Teknologi Elektrik - Tutorial 11; Sessi 2000/2001 Litar magnet

EEU104 - Teknologi Elektrik - Tutorial 11; Sessi 2000/2001 Litar magnet UNIVERSITI SAINS MALAYSIA PUSAT PENGAJIAN KEJURUTERAAN ELEKTRIK DAN ELEKTRONIK EEU104 - Teknologi Elektrik - Tutorial 11; Sessi 2000/2001 Litar magnet 1. Satu litar magnet mempunyai keengganan S = 4 x

Διαβάστε περισσότερα

Tabel 1 Kombinasi perlakuan kompos, unsur kelumit, dan waktu penyemprotan

Tabel 1 Kombinasi perlakuan kompos, unsur kelumit, dan waktu penyemprotan Rumus kandungan gula : Bks + K - Bk ------------------ x % Bs Keterangan : Bks = kertas saring. K = Kristal. Bk = kosong. Bs = sampel. Tabel Kombinasi perlakuan kompos, unsur kelumit, dan waktu penyemprotan

Διαβάστε περισσότερα

Transformasi Koordinat 3 Dimensi

Transformasi Koordinat 3 Dimensi Transformasi Koordinat 3 Dimensi RG141227 - Sistem Koordinat dan Transformasi Semester Gasal 2016/2017 Ira M Anjasmara PhD Jurusan Teknik Geomatika Sistem Koordinat Tiga Dimensi (3D) Digunakan untuk mendeskripsikan

Διαβάστε περισσότερα

Lampiran 1. Perhitungan Dasar Penentuan Kandungan Pupuk Organik Granul

Lampiran 1. Perhitungan Dasar Penentuan Kandungan Pupuk Organik Granul LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Dasar Penentuan Kandungan Pupuk Organik Granul Asumsi: a. Pengaplikasian POG pada budidaya tebu lahan kering dengan sistem tanam Double Row b. Luas lahan = 1 ha = 10000

Διαβάστε περισσότερα

ANALISIS LITAR ELEKTRIK OBJEKTIF AM

ANALISIS LITAR ELEKTRIK OBJEKTIF AM ANALSS LTA ELEKTK ANALSS LTA ELEKTK OBJEKTF AM Unit Memahami konsep-konsep asas Litar Sesiri, Litar Selari, Litar Gabungan dan Hukum Kirchoff. OBJEKTF KHUSUS Di akhir unit ini anda dapat : Menerangkan

Διαβάστε περισσότερα

Kuliah 4 Rekabentuk untuk kekuatan statik

Kuliah 4 Rekabentuk untuk kekuatan statik 4-1 Kuliah 4 Rekabentuk untuk kekuatan statik 4.1 KEKUATAN STATIK Beban statik merupakan beban pegun atau momen pegun yang bertindak ke atas sesuatu objek. Sesuatu beban itu dikatakan beban statik sekiranya

Διαβάστε περισσότερα

Jika X ialah satu pembolehubah rawak diskret yang mewakili bilangan hari hujan dalam seminggu, senaraikan semua nilai yang mungkin bagi X.

Jika X ialah satu pembolehubah rawak diskret yang mewakili bilangan hari hujan dalam seminggu, senaraikan semua nilai yang mungkin bagi X. BAB 8 : TABURAN KEBARANGKALIAN Sesi 1 Taburan Binomial A. Pembolehubah rawak diskret Contoh Jika X ialah satu pembolehubah rawak diskret yang mewakili bilangan hari hujan dalam seminggu, senaraikan semua

Διαβάστε περισσότερα

KANDUNGAN BAB PERKARA MUKA SURAT JUDUL PENGAKUAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT

KANDUNGAN BAB PERKARA MUKA SURAT JUDUL PENGAKUAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT vii ISI KANDUNGAN BAB PERKARA MUKA SURAT JUDUL PENGAKUAN DEDIKASI PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT KANDUNGAN SENARAI JADUAL SENARAI RAJAH SENARAI SINGKATAN SENARAI SIMBOL SENARAI LAMPIRAN i ii iii iv v vi

Διαβάστε περισσότερα

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR 5.1 Output Penulangan Kolom Dari Program Etabs ( gedung A ) Setelah syarat syarat dalam pemodelan struktur sudah memenuhi syarat yang di tentukan dalam peraturan SNI, maka

Διαβάστε περισσότερα

LOGIKA MATEMATIKA. MODUL 1 Himpunan. Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 2012 年 04 月 08 日 ( 日 )

LOGIKA MATEMATIKA. MODUL 1 Himpunan. Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 2012 年 04 月 08 日 ( 日 ) LOGIKA MATEMATIKA MODUL 1 Himpunan Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 2012 年 04 月 08 日 ( 日 ) Himpunan I. Definisi dan Notasi Himpunan adalah kumpulan sesuatu yang didefinisikan

Διαβάστε περισσότερα

BAB 4 HASIL KAJIAN. dengan maklumat latar belakang responden, impak modal sosial terhadap prestasi

BAB 4 HASIL KAJIAN. dengan maklumat latar belakang responden, impak modal sosial terhadap prestasi BAB 4 HASIL KAJIAN 4.1 Pengenalan Bahagian ini menghuraikan tentang keputusan analisis kajian yang berkaitan dengan maklumat latar belakang responden, impak modal sosial terhadap prestasi pendidikan pelajar

Διαβάστε περισσότερα

Jika X ialah satu pembolehubah rawak diskret yang mewakili bilangan hari hujan dalam seminggu, senaraikan semua nilai yang mungkin bagi X.

Jika X ialah satu pembolehubah rawak diskret yang mewakili bilangan hari hujan dalam seminggu, senaraikan semua nilai yang mungkin bagi X. BAB 8 : TABURAN KEBARANGKALIAN Sesi 1 Taburan Binomial A. Pembolehubah rawak diskret Contoh Jika X ialah satu pembolehubah rawak diskret yang mewakili bilangan hari hujan dalam seminggu, senaraikan semua

Διαβάστε περισσότερα

ACCEPTANCE SAMPLING BAB 5

ACCEPTANCE SAMPLING BAB 5 ACCEPTANCE SAMPLING BAB 5 PENGENALAN Merupakan salah satu daripada SQC (statistical quality control) dimana sampel diambil secara rawak daripada lot dan keputusan samada untuk menerima atau menolak lot

Διαβάστε περισσότερα

BABIV HASILANALISISDANPEMBAHASAN. dengan sampelresponden adalah paramanajeryang bekerjadiperusahaan

BABIV HASILANALISISDANPEMBAHASAN. dengan sampelresponden adalah paramanajeryang bekerjadiperusahaan BABIV HASILANALISISDANPEMBAHASAN 4.1.GambaranUmumResponden Penelitian inidilakukan padaperusahaan manufakturdisemarang, dengan sampelresponden adalah paramanajeryang bekerjadiperusahaan manufaktursemarangskalamenengahbesar.berikutiniadalahtabelyang

Διαβάστε περισσότερα

STUDI PENGARUH BAHAN VIENISON SB TERHADAP KUAT GESER PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG ABSTRAK

STUDI PENGARUH BAHAN VIENISON SB TERHADAP KUAT GESER PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG ABSTRAK STUDI PENGARUH BAHAN VIENISON SB TERHADAP KUAT GESER PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG Annisaa Dwiretnani NRP: 0721001 Pembimbing: Ir. Asriwiyanti Desiani, MT. ABSTRAK Dalam beberapa situasi, stabilisasi

Διαβάστε περισσότερα

RUMUS AM LINGKARAN KUBIK BEZIER SATAHAN

RUMUS AM LINGKARAN KUBIK BEZIER SATAHAN Jurnal Teknologi, 38(C) Jun 003: 5 8 Universiti Teknologi Malaysia RUMUS AM LINGKARAN KUBIK BEZIER SATAHAN 5 RUMUS AM LINGKARAN KUBIK BEZIER SATAHAN YEOH WENG KANG & JAMALUDIN MD. ALI Abstrak. Rumus untuk

Διαβάστε περισσότερα

Hairunnizam Wahid Jaffary Awang Kamaruddin Salleh Rozmi Ismail Universiti Kebangsaan Malaysia

Hairunnizam Wahid Jaffary Awang Kamaruddin Salleh Rozmi Ismail Universiti Kebangsaan Malaysia Hairunnizam Wahid Jaffary Awang Kamaruddin Salleh Rozmi Ismail Universiti Kebangsaan Malaysia Jadual 1: Sekolah yang dijadikan Sampel kajian Bil Nama Sekolah 1 SAM Sg. Merab Luar, Sepang 2 SAM Hulu Langat

Διαβάστε περισσότερα

( 2 ( 1 2 )2 3 3 ) MODEL PT3 MATEMATIK A PUSAT TUISYEN IHSAN JAYA = + ( 3) ( 4 9 ) 2 (4 3 4 ) 3 ( 8 3 ) ( 3.25 )

( 2 ( 1 2 )2 3 3 ) MODEL PT3 MATEMATIK A PUSAT TUISYEN IHSAN JAYA = + ( 3) ( 4 9 ) 2 (4 3 4 ) 3 ( 8 3 ) ( 3.25 ) (1) Tentukan nilai bagi P, Q, dan R MODEL PT MATEMATIK A PUSAT TUISYEN IHSAN JAYA 1 P 0 Q 1 R 2 (4) Lengkapkan operasi di bawah dengan mengisi petak petak kosong berikut dengan nombor yang sesuai. ( 1

Διαβάστε περισσότερα

UNTUK EDARAN DI DALAM JABATAN FARMASI SAHAJA

UNTUK EDARAN DI DALAM JABATAN FARMASI SAHAJA UNTUK EDARAN DI DALAM JABATAN FARMASI SAHAJA KEPUTUSAN MESYUARAT KALI KE 63 JAWATANKUASA FARMASI DAN TERAPEUTIK HOSPITAL USM PADA 24 SEPTEMBER 2007 (BAHAGIAN 1) DAN 30 OKTOBER 2007 (BAHAGIAN 2) A. Ubat

Διαβάστε περισσότερα

FAKULTI KEJURUTERAAN ELEKTRIK UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA MAKMAL ELEKTROTEKNIK : LENGKUK KEMAGNETAN ATAU CIRI B - H

FAKULTI KEJURUTERAAN ELEKTRIK UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA MAKMAL ELEKTROTEKNIK : LENGKUK KEMAGNETAN ATAU CIRI B - H FAKULTI KEJURUTERAAN ELEKTRIK UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA MAKMAL ELEKTROTEKNIK UJIKAJI TAJUK : E : LENGKUK KEMAGNETAN ATAU CIRI B - H 1. Tujuan : 2. Teori : i. Mendapatkan lengkuk kemagnetan untuk satu

Διαβάστε περισσότερα

STQS1124 STATISTIK II PERBANDINGAN KUALITI SOLAT DALAM KALANGAN PELAJAR KOLEJ IBRAHIM YAAKOB(KIY) DAN KOLEJ TUN HUSSEIN ONN(KTHO).

STQS1124 STATISTIK II PERBANDINGAN KUALITI SOLAT DALAM KALANGAN PELAJAR KOLEJ IBRAHIM YAAKOB(KIY) DAN KOLEJ TUN HUSSEIN ONN(KTHO). STQS114 STATISTIK II PERBANDINGAN KUALITI SOLAT DALAM KALANGAN PELAJAR KOLEJ IBRAHIM YAAKOB(KIY) DAN KOLEJ TUN HUSSEIN ONN(KTHO). DISEDIAKAN OLEH: AINUR JALALIA BINTI ABDUL RAHIM NUR DINAH BINTI ABDUL

Διαβάστε περισσότερα

Keterusan dan Keabadian Jisim

Keterusan dan Keabadian Jisim Pelajaran 8 Keterusan dan Keabadian Jisim OBJEKTIF Setelah selesai mempelajari Pelajaran ini anda sepatutnya dapat Mentakrifkan konsep kadar aliran jisim Mentakrifkan konsep kadar aliran Menerangkan konsep

Διαβάστε περισσότερα

Tegangan Permukaan. Kerja

Tegangan Permukaan. Kerja Tegangan Permukaan Kerja Cecair lebih cenderung menyesuaikan bentuknya ke arah yang luas permukaan yang minimum. Titisan cecair berbentuk sfera kerana nisbah luas permukaan terhadap isipadu adalah kecil.

Διαβάστε περισσότερα

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. Bagan alir (flow chart) adalah urutan proses penyelesaian masalah.

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. Bagan alir (flow chart) adalah urutan proses penyelesaian masalah. BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Bagan Alir Perencanaan Ulang Bagan alir (flow chart) adalah urutan proses penyelesaian masalah. MULAI Data struktur atas perencanaan awal, As Plan Drawing Penentuan beban

Διαβάστε περισσότερα

BAB 4 PERENCANAAN TANGGA

BAB 4 PERENCANAAN TANGGA BAB 4 PERENCANAAN TANGGA 4.1. Dasar Perencanaan 4.1.1. Gambaran Umum Gambar 4.1. Tampak Atas Rencana Tangga Gambar 4.. Detail Rencana Tangga 8 9 4.1.. Identifikasi Data dari perencanaan tangga yakni :

Διαβάστε περισσότερα

Institut Pendidikan Guru, Kampus Tuanku Bainun, Bukit Mertajam, Pulau Pinang. Diterima untuk diterbitkan pada: 1 April 2012

Institut Pendidikan Guru, Kampus Tuanku Bainun, Bukit Mertajam, Pulau Pinang. Diterima untuk diterbitkan pada: 1 April 2012 41 PERBANDINGAN KAEDAH MENGGUNAKAN KAD PERMAINAN DAN BUKU BESAR BAGI MENINGKATKAN PENCAPAIAN MURID TAHUN 4 DALAM TOPIK PENYESUAIAN TUMBUHAN TERHADAP CUACA MELAMPAU 1 Lim Carol Amir Hamzah Sharaai 1 Institut

Διαβάστε περισσότερα

MENGENALI FOTON DAN PENGQUANTUMAN TENAGA

MENGENALI FOTON DAN PENGQUANTUMAN TENAGA MENGENALI FOTON DAN PENGQUANTUMAN TENAGA Oleh Mohd Hafizudin Kamal Sebelum wujudnya teori gelombang membujur oleh Huygens pada tahun 1678, cahaya dianggap sebagai satu aliran zarah-zarah atau disebut juga

Διαβάστε περισσότερα

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel 55 Lampiran 1. (lanjutan) 56 Lampiran 2. Gambar tumbuhan pinang (Areca catechu L.) (a) Keterangan: a. Pohon pinang b. Pelepah pinang (b) 57 Lampiran 3. Gambar tumbuhan

Διαβάστε περισσότερα

SMJ minyak seperti yang dilakarkan dalam Rajah S2. Minyak tersebut mempunyai. bahagian hujung cakera. Dengan data dan anggapan yang dibuat:

SMJ minyak seperti yang dilakarkan dalam Rajah S2. Minyak tersebut mempunyai. bahagian hujung cakera. Dengan data dan anggapan yang dibuat: SOALAN 1 Cakera dengan garis pusat d berputar pada halaju sudut ω di dalam bekas mengandungi minyak seperti yang dilakarkan dalam Rajah S2. Minyak tersebut mempunyai kelikatan µ. Anggap bahawa susuk halaju

Διαβάστε περισσότερα

Pembinaan Homeomorfisma dari Sfera ke Elipsoid

Pembinaan Homeomorfisma dari Sfera ke Elipsoid Matematika, 003, Jilid 19, bil., hlm. 11 138 c Jabatan Matematik, UTM. Pembinaan Homeomorfisma dari Sfera ke Elipsoid Liau Lin Yun & Tahir Ahmad Jabatan Matematik, Fakulti Sains Universiti Teknologi Malasia

Διαβάστε περισσότερα

Latihan PT3 Matematik Nama:.. Masa: 2 jam. 1 a) i) Buktikan bahawa 53 adalah nombor perdana. [1 markah]

Latihan PT3 Matematik Nama:.. Masa: 2 jam. 1 a) i) Buktikan bahawa 53 adalah nombor perdana. [1 markah] Latihan PT3 Matematik Nama:.. Masa: 2 jam a) i) Buktikan bahawa 53 adalah nombor perdana. [ markah] ii) Berikut adalah tiga kad nombor. 30 20 24 Lakukan operasi darab dan bahagi antara nombor-nombor tersebut

Διαβάστε περισσότερα

1. DATA PERANCANGAN : a. Daya Lintas Lalu lintas kereta api setiap hari yang direncanakan untuk melalui trase jalan adalah :

1. DATA PERANCANGAN : a. Daya Lintas Lalu lintas kereta api setiap hari yang direncanakan untuk melalui trase jalan adalah : JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 011-01 MATA KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI (3 SKS) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FINAL MANUSCRIPT Kelas : Kelas A Dosen : Sri

Διαβάστε περισσότερα

STQS1124 STATISTIK II LAPORAN KAJIAN TENTANG GAJI BULANAN PENSYARAH DAN STAF SOKONGAN DI PUSAT PENGAJIAN SAINS MATEMATIK (PPSM), FST, UKM.

STQS1124 STATISTIK II LAPORAN KAJIAN TENTANG GAJI BULANAN PENSYARAH DAN STAF SOKONGAN DI PUSAT PENGAJIAN SAINS MATEMATIK (PPSM), FST, UKM. STQS114 STATISTIK II LAPORAN KAJIAN TENTANG GAJI BULANAN PENSYARAH DAN STAF SOKONGAN DI PUSAT PENGAJIAN SAINS MATEMATIK (PPSM), FST, UKM. Dihantar kepada : Puan Rofizah Binti Mohammad @ Mohammad Noor Disediakan

Διαβάστε περισσότερα

(a) Nyatakan julat hubungan itu (b) Dengan menggunakan tatatanda fungsi, tulis satu hubungan antara set A dan set B. [2 markah] Jawapan:

(a) Nyatakan julat hubungan itu (b) Dengan menggunakan tatatanda fungsi, tulis satu hubungan antara set A dan set B. [2 markah] Jawapan: MODUL 3 [Kertas 1]: MATEMATIK TAMBAHAN JPNK 015 Muka Surat: 1 Jawab SEMUA soalan. 1 Rajah 1 menunjukkan hubungan antara set A dan set B. 6 1 Set A Rajah 1 4 5 Set B (a) Nyatakan julat hubungan itu (b)

Διαβάστε περισσότερα

Unit PENGENALAN KEPADA LITAR ELEKTRIK OBJEKTIF AM OBJEKTIF KHUSUS

Unit PENGENALAN KEPADA LITAR ELEKTRIK OBJEKTIF AM OBJEKTIF KHUSUS PENGENALAN KEPADA LITAR ELEKTRIK OBJEKTIF AM Memahami konsep-konsep asas litar elektrik, arus, voltan, rintangan, kuasa dan tenaga elektrik. Unit OBJEKTIF KHUSUS Di akhir unit ini anda dapat : Mentakrifkan

Διαβάστε περισσότερα

LAMPIRAN. Fixed-effects (within) regression Number of obs = 364 Group variable (i): kode Number of groups = 26

LAMPIRAN. Fixed-effects (within) regression Number of obs = 364 Group variable (i): kode Number of groups = 26 LAMPIRAN Lampiran 1 Uji Chow Test Model Pertama Hipotesis: Ho: Pooled Least Square Ha: Fixed Effect Method Decision Rule: Tolak Ho apabila P-value < α Fixed-effects (within) regression Number of obs =

Διαβάστε περισσότερα

DAFTAR NOTASI. adalah jarak antara dua pengaku vertikal, mm. adalah luas efektif penampang, mm2. adalah luas efektif pelat sayap, mm2

DAFTAR NOTASI. adalah jarak antara dua pengaku vertikal, mm. adalah luas efektif penampang, mm2. adalah luas efektif pelat sayap, mm2 DAFTAR NOTASI SNI 03-1729-2002 A a A e A f a r A s A w b b f b cf b s C b C r C v D d d b d c adalah luas penampang, mm2 adalah jarak antara dua pengaku vertikal, mm adalah luas efektif penampang, mm2

Διαβάστε περισσότερα

Rajah S1 menunjukkan talisawat dari jenis rata dengan dua sistem pacuan, digunakan untuk

Rajah S1 menunjukkan talisawat dari jenis rata dengan dua sistem pacuan, digunakan untuk SOALAN 1 Rajah S1 menunjukkan talisawat dari jenis rata dengan dua sistem pacuan, digunakan untuk menyambungkan dua takal yang terpasang kepada dua aci selari. Garispusat takal pemacu, pada motor adalah

Διαβάστε περισσότερα

Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Wortel pada Umur 30 HST. Tabel Tinggi Tanaman (cm) Wortel pada Umur 30 HST Ulangan Jumlah Purata

Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Wortel pada Umur 30 HST. Tabel Tinggi Tanaman (cm) Wortel pada Umur 30 HST Ulangan Jumlah Purata LAMPIRAN 24 Lampiran 1 Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Wortel pada Umur 30 HST Tabel Tinggi Tanaman (cm) Wortel pada Umur 30 HST 0 7,4 8,0 9,0 24,40 8,13 2,5 8,8 8,2 9,0 26,00 8,67 5 9,2 9,0 9,0 27,20

Διαβάστε περισσότερα

KEKUATAN KELULI KARBON SEDERHANA

KEKUATAN KELULI KARBON SEDERHANA Makmal Mekanik Pepejal KEKUATAN KELULI KARBON SEDERHANA 1.0 PENGENALAN Dalam rekabentuk sesuatu anggota struktur yang akan mengalami tegasan, pertimbangan utama ialah supaya anggota tersebut selamat dari

Διαβάστε περισσότερα

Tabel 4.1. Jumlah Publikasi Badan Litbang Kehutanan tahun

Tabel 4.1. Jumlah Publikasi Badan Litbang Kehutanan tahun Sebagai upaya menyebarluaskan hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan, Badan Litbang Kehutanan menerbitkan berbagai media resmi publikasi yang ditujukan kepada para pengguna antara

Διαβάστε περισσότερα

BAB 4 ANALISIS DAN PENEMUAN KAJIAN. borang soal selidik yang telah diedarkan kepada responden dan hasil temu bual responden

BAB 4 ANALISIS DAN PENEMUAN KAJIAN. borang soal selidik yang telah diedarkan kepada responden dan hasil temu bual responden BAB 4 ANALISIS DAN PENEMUAN KAJIAN Bab ini akan menerangkan hasil keputusan kajian yang diperolehi oleh pengkaji melalui borang soal selidik yang telah diedarkan kepada responden dan hasil temu bual responden

Διαβάστε περισσότερα